Sabtu, 29 Januari 2011

MIMIN DEWASA

MIMIN DEWASA

Aku dan Mimin sudah jarang lagi punya kesempatan untuk berdua saja, karena isteriku sekarang lebih sering di rumah, jarang bepergian. Sebenarnya aku juga sudah 'usaha' mendapatkan kesempatan berdua saja dengan Mimin dengan cara menawari isteriku untuk menengok anak-anak di Bandung. Tapi tetap saja dia tak bersedia.
"Minggu depan mereka 'kan pulang"begitu katanya, atau.
"Biarlah, toh mereka udah gede", atau.
"Ayo kita tengok bareng"
Tentu saja Aku jawab tak bisa, sibuk alasanku.

Sejauh ini 'pelajaran' yang kuberikan kepada Mimin sudah hampir seluruhnya, seingatku. Mimin dalam umurnya yang hampir 17 tahun sudah mengerti tentang hubungan suami-isteri, tentang bagaimana perangsangan dilakukan, dan juga tentang ejakulasi. Menyaksikan Aku, ayah angkatnya ejakulasi saat dia belajar mengoralku, juga menonton hubungan seks yang kulakukan dengan isteriku dari awal sampai akhir. Bahkan dia juga sudah merasakan sendiri nikmatnya dirangsang ketika Aku mengulumi puting dadanya dan menjilati kewanitaannya.

Yang dia belum alami adalah orgasme-nya sendiri. Tentu saja ini sulit kuberikan, karena Aku sudah commit tak akan merusak anak angkatku walaupun dia pernah memintanya. Bahkan Aku sempat juga tergoda untuk melakukannya. Tapi, biarlah yang satu itu ia dapatkan dari suaminya kelak. Kadang Aku merindukan saat-saat berdua saja dan bebas melakukan apa saja (kecuali yang satu itu). Tapi Aku memang benar-benar ingin lagi merabai tubuhnya. Sudah beberapa bulan Aku tak lagi 'memeriksa' sudah sebesar apa buah dadanya, atau sedah lebatkah bulu-bulu kelaminnya. Kesempatan untuk berdua semakin susah kudapatkan, apalagi Mimin sudah semakin sibuk dengan kegiatan-kegiatan eks-kul-nya. Bahkan untuk bertanya berapa sekarang ukuran bra dia, aku tak punya kesempatan.

Tapi.... suatu pagi ketika Aku sedang di kantor, telepon berdering.
"Ayah, punya nomor telepon Avia Travel gak?" terdengar suara isteriku.
Aku hampir melonjak kegirangan. Itu artinya isteriku mau ke Bandung.
"Ada...ada... bentar Ayah cari dulu...."kataku girang.
Cepat-cepat Aku cari di HP, gak ketemu. Di buku catatan juga tak ketemu.
"Tutup dulu dah Bu, entar Ayah telepon"

Kenapa musti bingung cari-cari? Telepon saja 108, beres. Itulah Aku, saking gembiranya sampai lupa. Aku juga tak memikirkan kenapa isteriku tak nelepon saja ke Penerangan, mungkin dia juga lupa. Nomor sudah kudapat.
"Kapan Ibu mau ke Bandung?"tanyaku
"Eh... siapa yang mo ke Bandung" Seketika lenyaplah kegembiraanku.
"Lhah .... nanya travel buat apa?"tanyaku.
"Ini.... ibu-ibu tetangga pada mau jalan-jalan ke Jatiluhur...."
"Oooh...."kataku melongo, dan tentu saja kecewa.
"Ibu gak ikut?"
"Pasti dong ..... boleh kan Yah..."
"Boleh....boleh...."jawabku cepat.
"Makasih ya...." Untung dia tak curiga, kenapa Aku begitu bersemangat memberi izin....

***

Hari Minggu pagi-pagi isteriku sudah sibuk melakukan persiapan untuk jalan-jalan. Mimin sibuk pula membantunya.
"Bener kamu gak ikut, Min"tanya isteriku.
"Penginnya sih Bu.... tapi udah janjian ama temen2 nih....lagian 'kan ibu-ibu semua..."
"Tante Rina bawa anaknya tuh...."
"Iya emang, tapi kan .... masa Mimin gaul ama anak SD...."kata Mimin.
"Iya sih... emang ini acara ibu-ibu. Kali aja Mimin pengin ikutan"kata isteriku.

Aku antarkan isteriku sampai pintu pagar, selanjutnya Mimin membawakan tas berisi makanan sampai ke taman di kompleks perumahan, di mana bus Avia travel sudah siap terparkir. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saja. Dasar ibu-ibu, heboh, mulutnya yang lebih banyak bekerja dibanding tangannya. Kulihat Mimin masih disitu, padahal Aku harapkan dia segera balik. Sampai bus berangkat dan lenyap di tikungan, barulah Mimin pulang. Aku masih di depan pintu memperhatikan Mimin jalan menuju rumah. Inilah saatnya.... Aha... belum-belum penisku menegang melihat Mimin dengan blouse ketatnya. Dadanya berguncang indah ketika dia jalan cepat. Uh.... dada anak ini sudah tumbuh sempurna. Berapa bulan ya Aku tak melihat gumpalan daging kembar itu?

Aku masuk, dengan berdebar menunggu kedatangan Mimin. Begitu beberapa langkah Mimin memasuki pintu, Aku sergap dan memeluknya erat-erat. Walaupun agak kaget Miminpun segera menyambut pelukanku. Kurasakan ganjalan dadanya memang lebih sesak.
"Min....."
"Ayah....."katanya
"Ayah kangen...."
"Kan tiap hari ketemu"katanya.
"Iya, tapi udah lama Ayah engga peluk kamu..."
"Iya ya Yah.... dah lama banget"
"Tubuh kamu....."kataku sambil merabai pantatnya. Makin padat dan makin membulat.
"Kanapa tubuh Mimin Yah...."
"Makin sexy aja...."
"Masa' sih Yah....."katanya sambil melepas pelukan dan mengamati tubuhnya sendiri.
"Rasanya biasa aja tuh.... sexy gimana Yah..."sambungnya.
Kutangkupkan kedua telapak tanganku ke kedua buah dadanya.
"Buah dadamu udah gede sekarang"kataku.
"Berapa sekarang ukuran bra kamu?"
"34B Yah...."
"Wow... udah sama ama punya Ibu tuh..."komentarku.
Kedua tanganku turun ke pinggangnya.
"Pinggang kamu mkin ramping...."
"Engga kok Yah....ukuran celana masih sama tuh..."
"Oh...mungkin ini nih..."kataku sambil tanganku merabai lengkungan indah pinggulnya.
"Pinggulmu nambah jadi pinggangmu terlihat menyusut"
Lalu tanganku ke belakang tubuhnya dan lalu meremasi kedua gumpalan pantatnya.
"Pantatmu ..... hmmm..... sexy banget...."

Lalu dengan cepat tanganku menuju dadanya melepas kancing blouse-nya satu persatu.
"Ayah mo ngapain...."
"Mimin blum mandi....."katanya lagi. Tangannya mencegah tanganku.
"Cuman pengin ngeliat aja..."kataku.
Lalu tangannya melepas tanganku. Aku meneruskan pekerjaaanku sampai semua kancingnya lepas. Juga blouse-nya sekalian kutanggalkan. Mimin tak menolak.

Cup bra warna krem itu bagai tak mampu menampung kedua 'bola' putih mulus itu.
"Hmmm.... kaya'nya kamu harus pakai 36 Min...."
"Udah pernah nyoba.... kegedean Yah...."
"Atau coba yang 34 cup C deh...."
"Iya keknya"katanya.
Tanganku bergerak ke punggungnya dan melepas kaitan bra-nya. Mimin biasa saja, tak berreaksi. Bra itu terlepas....
Wow !
Kini kedua bola kembar itu tampak seutuhnya.
Sepasang gumpalan daging yang dibungkus oleh kulit putih dan mulus, tanpa cacat. Urat-urat kehijauan samar-samar menghiasi, menambah keindahan buah dada perawan ini. Mataku tak berkesip memandanginya...
"Kenapa Yah.... sampai melotot gitu...."katanya.
Puting dadanya berwarna nyaris pink, masih kecil seperti dulu, bedanya, sekarang menonjol menggemaskan.
"Puting dadamu......"
"Kenapa?"
"Udah nonjol, sekarang...."
"Habisnya.... Ayah raba-raba.... kan Mimin jadi horny...."
Aku terkejut. Dia sudah mengenal kata 'horny'. Rasanya Aku belum pernah mengnalkan kata itu.

Langsung saja mulutku merapat hendak menjangkau puting indahnya.
"Yah.... Mimin blum mandi....."
Aku tak peduli. Tak ada aroma aneh. Kukemot pelan-pelan puting yang mulai mengeras itu.
Mimin melenguh pelan.
Mulutku mengemoti puting kirinya sedangkan telapak tanganku meremasi dada kanannya. Puting itu makin keras.
Mimin merintih....
Sudah mirip rintihan wanita dewasa yang sedang menikmati rangsangan pada tubuhnya, bukan lagi rintihan gadis 16 tahun...

"Kita ke kamar Yah....."bisiknya pelan sambil terengah
Aku tersadar. Aku menciumi buah dada anak angkatku di ruang tamu. Bagaimana kalau tiba-tiba ada orang masuk ?
Kututup pintu depan dan kukunci, lalu Aku membimbing Mimin masuk ke kamarnya. Mimin masih sempat menyambar blouse dan bra yang tercecer di lantai. Mimin langsung merebahkan diri ke kasur. Aku mengikutinya dan menindih tubuhnya.
"Ayah udah keras....."katanya lemah.
"Terasa ya...."kataku.
Kubelai-belai dulu seluruh wajahnya. Dimataku, pagi ini Mimin jadi cantik luar biasa. Wajah putih bersih itu jadi bersemu merah. Aku langsung mencium bibirnya dan Mimin menyambut ciumanku dengan hangat. Bibir dan lidahnya segera bermain mengimbangi permainanku. Berbeda dengan ciuman beberapa bulan lalu, kali ini ciuman Mimin terkesan ganas. Aku tak ingat lagi bahwa wanita yang sedang kutindih tubuhnya dan kulumat bibirnya ini adalah anak angkatku. Rasanya Aku sedang mencumbui isteriku, cumbuan dalam proses menuju hubungan suami isteri. Dalam bayanganku, isteriku ini menjadi jauh lebih muda. Terbayang kan nikmatnya ? Aku lupa bahwa isteriku sebenarnya sekarang sedang duduk dalam bus menuju Jatiluhur.

Lelah berciuman, biasanya mulutku terus ke bawah menciumi leher. Biasanya isteriku menggelinjang menerima ciuman di lehernya. Tapi "isteri"ku ini hanya merintih dan merintih, tubuhnya hanya sedikit ber-gerak-gerak, bukan menggelinjang. Dari leher turun ke dada, pastilah.
Aku mulai dari menciumi buah sebelah kanan sementara tanganku meremasi dada kiri. Dalam genggamanku buah ini sama besarnya milik isteriku, tapi... kekenyalannya jauh berbeda. Dada "isteriku" ini begitu keras dan padat. Mulutkupun merasakan perbedaan. Puting yang sedang kukemot ini lebih mungil. Reaksinya juga beda. Berbeda dengan Mimin beberapa bulan lalu sering geli-geli sehingga kadang2 menepis, Mimin sekarang menikmatinya dengan merintih-rintih dan tubuh berkelojotan, sehingga sering mulutku harus mengikuti 'buah' yang 'berlari' kesana-kemari. Lalu tangan dan mulutku berganti peran, mulutku pindah ke dada kiri dan tanganku ke dada kanan.

Tapi tak lama, Aku seolah "diingatkan" oleh gerakan pinggulnya yang mendesakkan selangkangannya ke selangkanganku. Diingatkan ada yang belum kujamah. Tanganku melepas buah dadanya dan bergerak ke bawah menyusup ke balik rok-nya, lalu menyusup sekali lagi ke balik celana dalamnya. Ehm.... terasa oleh tanganku, bulu-bulu halus itu. Memang seperti yang sudah kuduga, Mimin telah basah. Tapi Aku tak mengira dia akan sekuyup ini. Kakinya membuka seolah memberi jalan untuk tanganku. Begitu ujung jariku menyentuhnya, Mimin langsung melenguh keras, dan panjang.
"Ooh....ayah...."
"Napa Min...."
"....Sedap....banget...."katanya terputus-putus.
Padahal jariku cuma menggosoki clit dan pintu liangnya.

Tiba pada tahap selanjutnya, yaitu seperti biasa, Aku akan membenamkan kepalaku di selangkangan isteriku, cunillingus. Maka Aku bangkit, memelorotkan rok dan sekaligus celana dalamnya. Sejenak Aku tertegun. Dua hal yang membuatku 'pause', pertama, yang sedang kutelanjangi ini ternyata bukan isteriku seperti bayanganku tadi. Dan kedua, vagina ini sudah berubah. Permukaannya sudah ditumbuhi bulu-bulu halus yang hampir merata. Mirip vagina artis JAV yang sering kulihat di internet, kalau tak salah namanya Miyabi...

Isteriku atau bukan, kali ini dia adalah milikku. Lalu ketika aku menundukkan kepala, "isteriku" ini bangkit.
"Yah.... jangan di sini....'
"Kenapa...?"
"Kalo-kalo temen Mimin nanti dateng.... biasanya langsung ke kamar...."
"Emang jam berapa mereka dateng"
Mimin melirij jam dinding.
"Masih sejam lagi sih.... tapi...."
"OK. kita pindah ke kamar Ayah"kataku.
Mimin bangkit sambil buru2 menyambar pakaiannya yang berserakan.

Sampai di kamarku, tiba-tiba Aku ingat sesuatu.
"Kita ke atas aja yuk...."
Kalau teman2 Mimin datang pasti akan mendengar lenguhan Mimin yang sekarang jadi keras. Mimin menangkap maksudku, maka dengan masih telanjang bulat sambil menggamit pakaiannya Mimin naik tangga. Aku ikut di belakangnya sambil menikmati goyang pantat polosnya yang begitu menggairahkan.

Kita berdua masuk ke kamar anakku dan langsung menguncinya. Mimin rebah terlentang di kasur, pahanya dibuka lebar-lebar menyuguhkan belahan vagina yang membasah. Aku juga langsung melepas seluruh pakaianku dan menyerbu selangkangan Mimin. Segera tercium aroma khas perawan, aroma yang kusukai. Aku mulai dengan menjilati clit dan liangnya. Mimin lagi-lagi merintih dan tubuhnya gelisah.
"Ayah.....Ayah...."serunya pelan di sela-sela rintihannya. Beberapa menit kemudian.... tibalah saatnya.
"Ayo ...Yah.... masukin....sekarang....."katanya terputus-putus.

Aku bangkit dan bertumpu pada kedua lututku. Kelaminku dengan gagahnya telah siap. Kami berdua sudah terrangsang sedemikian tingginya sehingga kami lupa tentang diri kami masing-masing. Yang Aku ingat hanyalah Aku segera akan memasuki tubuh perempuan yang gelisah membasah ini. Kuletakkan kepala penisku di liang senggama Mimin yang hanya terlihat seperti garis lembab. Kugosok-gosokan vertikal dari kelentit ke bawah dan sebaliknya. Begitu terus berulang-ulang agar "garis" itu membuka. Mimin makin tak karuan.

Lalu.... pada posisi yang tepat, Aku menekan pelan. Mentok. Kepala penisku seperti membentur dinding. Kuulang menggosok lagi beberapa kali, lalu mulai menekan, agak keras. Kepala penisku nyaris tenggelam ketika Mimin mengaduh. Kulihat wajahnya berkerut menahan sakit. Tekanan kukendorkan.
"Sakit...Min....."
Mimin mengangguk-angguk. Bibirnya mengatup, kepalanya tengadah menatap atap dan matanya terpejam.
"Terus aja Yah...."serunya agak keras.
Justru suaranya yang agak keras ini menggugah kesadaranku. Sebentar lagi Aku akan merobek selaput dara anak angkatku. Pantaskah perbuatanku ini?
".....Ayo Yah....."
Anakku lah yang mengundang, akankah Aku menerima undangannya ?
Aku bimbang.
Antara ya dan tidak
Antara memenuhi nafsu dan menimbang moral.
Sempitnya vagina ini memang menggiurkanku untuk merasakan sensasi yang pernah kurasakan belasan tahun lalu di waktu malam pengantin. Tapi, harus dibayar mahal oleh masa depan anak perwan ini.
Begitu bejatkah Aku ?
Tidak ! Aku tak sebejat itu. Mengorbankan masa depan anak angkat hanya demi sensasi selaput dara.

Aku menarik kelaminku.
Mata Mimin terbuka.
"Kenapa Ayah....?"
Aku hanya memandanginya.
"Ayah....?"
"Engga, Min...."
Wajah Mimin masih menatapku dengan keheranan.
"Sebaiknya tidak kita lakukan...."kataku.
"Tapi Ayah.... Mimin pengin ngerasain....."
"Tidak Mimin, tidak sepantasnya ...."
"Mimin ingin Ayah yang pertama melakukannya...."
Aku hanya diam.
"Aku rela Yah......"
Aku bingung.
Tapi di saat kritis begini, Aku tiba-tiba menemukan jalan keluar.

Kubenamkan lagi wajahku ke selangkangan Mimin. Kujilati lagi clit-nya, liangnya.
Mimin kembali mendesah.
Bahkan clitnya kini kukemot-kemot.
Mimin makin tak karuan.
Aku terus tak peduli rintihannya.
....Sampai beberapa menit kemudian......

Tubuhnya mengejang hebat. pahanya menjepit kepalaku dengan kencang.
Lalu kudengar lenguhan panjang, bahkan teriakan nada tinggi.
Kurasakan tubuhnya bergetar dan lalu berkedut-kedut beraturan, beberapa kali.
Mimin telah sampai.
"Ayah......... enak bangeeet........"
Kulepas kemotanku, kubiarkan tubuhnya berkedutan. beberapa lama.
Lalu kurasakan jepitan pahanya melonggar.
Pahanya jatuh, tubuhnya rebah lemas.
Aku melepaskan diri. Mimin lalu meraih tubuhku dan memelukku kencang.
"Terima kasih Ayah....... enak banget......"
Aku juga memeluknya erat.
"Baru kali ini Mimin merasakan sedapnya......"
Mimin telah merasakan orgasme pertamanya...... !
Orgasme Sang Perawan,
Orgasme clitoral.

Kubiarkan Mimin larut menikmati orgasme pertamanya. Wajahnya bersemu merah dihiasi butiran2 keringat, matanya masih terpejam. Pinggulnya kadang masih berkedut. Beberapa menit kemudian tubuhnya mulai agak tenang, dan matanya membuka, menatapku, dan tersenyum... (Friends, menurutku senyum yang paling indah adalah senyum tulus dari cewe yang baru saja mengalami orgasme ! Silakan buktiin sendiri...he..he..)

"Makasih Ayah...."ujarnya pelan.
Aku mendekati wajahnya dan kucium pipinya dengan lembut. Tanpa kusengaja penisku menyentuh pinggangnya.
"Oh...." seru Mimin.".....Ayah...belum....."lanjutnya.
Dipegangnya penisku yang masih agak keras. Dielus-elusnya sampai mengeras kembali. Lalu dia bangkit dan kepalanya menuju ke selangkanganku, diciuminya penisku. Aku mulai 'naik' lagi.
Dijilatinya batangku sebelum akhirnya dimasukkan ke mulutnya yang mungil. Aku melenguh. Mimin makin semangat mengulum dan menghisap. Nafsuku merambat seiring dengan desisan mulutku.

Mimin mengerjai kelaminku dengan bervariasi seperti yang pernah kuajarkan. Kepalanya naik-turun lalu berhenti untuk menyedot-nyedot 'kepala'ku. Kadang dia mengulum sampai jauh ke belakang sehingga ujung penisku menyentuh kerongkongannya, kadang dia lepas kulumannya untuk sekedar menjilat-jilat batang. Semuanya membuatku makin tak karuan rasanya. Aku nilai Mimin sudah lihai dalam memberikan oral-sex kepada Ayah angkatnya. Rasanya tak ada semilipun bagian kelaminku yang terlewat oleh mulut dan lidahnya. Mimin begitu telaten melakukan 'pekerjaan'nya.

Tentu saja ulahnya ini membuatku makin melayang di awang-awang. Kalau Aku memejamkan mata, segera terbayang yang sedang melakukan oral ini adalah isteriku. Tapi begitu membuka mata, Aku tersadar.... dia adalah Mimin yang sekarang keterampilannya dalam meng-oral sudah menyamai isteriku. Ketika kepalanya sedang tak banyak gerak karena menghisap, Aku membelai-belai rambutnya.

"Mimin......"kataku pelan, setengah merintih.
Mimin tak menghentikan pekerjaannya, hanya bola matanya menatapku sejenak, lalu nunduk lagi menatap kelaminku.
Tatapan mata yang hanya sedetik itu membuatku merasakan sesuatu yang lain, suatu perasaan yang lebih nikmat.
"Mimin...." Aku memanggilnya lagi. Dia menatapku lagi hanya sekejap lalu nunduk lagi dan tetap pada aksinya.
Kubelai rambut dan keningnya. Mimin terus saja meng-oral.
"Min... liat Ayah Min...."
Kulumannya berhenti, matanya menatap mataku penuh tanda tanya.
"Teruskan Min.... tapi sambil liat Ayah..."
Mimin nurut. Kembali ia asyik dengan pekerjaannya tapi kini sambil menatapku.
Uuiih.... rasanya.... selangit.

Ini mungkin subyektif, rasanya Aku jadi enjoy banget ketika seorang cewe meng-oralku sambil bertatapan mata. Bukan main rasanya.
(Aku perlu informasi nih, gimana dengan kalian para BFers, lebih merasakan enak atau biasa2 aja kalau kalian di-oral sambil bertatapan mata. Belum pernah ? Coba dong....). Supaya lebih nyaman Aku mengubah posisi. Kubilang ke Mimin untuk melepas sebentar. Aku pindah duduk ke satu2nya sofa di kamar anakku, duduk senyaman mungkin. Mimin 'lesehan' di karpet di depanku. Sekarang posisinya lebih santai tak perlu menunduk dalam-dalam. Mimin memulai aksinya lagi, kini matanya tak lepas dari mataku. Yang begini nih... yang membuatku cepat merambat. Bayangkan, mata saling bertatapan sementara mulutnya asyik mengulumi penisku. Seluruh aksinya dengan mudah Aku tonton. Aku makin naik....

Dulu sewaktu Aku mengenalkan untuk pertama kalinya dia melakukan oral, Aku tak menyetop atau melakukan gerakan lain ketika Aku ejakulasi. Semprotan pertama sempat di dalam mulutnya sebelum dia melepas kulumannya dan meludah. Kali ini Aku ingin dia seperti yang dilakukan isteriku, yaitu membiarkan Aku memancarkan cairan di dalam mulut. Setelah itu terserah Mimin, mau ditelan atau dibuang. Isteriku kadang menelan kadang membuang tergantung mood-nya.

Aku masih terus membelai-belai rambutnya, kadang memegang kepalanya. Sewaktu kurasakan rambatan semakin naik, Aku semakin sering memegang kepalanya dibanding membelai rambut. Aku memang ada niatan nakal. Ketika Aku merasakan waktunya hampir tiba, Aku tak pernah membelai lagi, tapi terus memegang kepalanya. Dan......... ketika saatnya tiba....
Aku pegang kepalanya (oh.... jahatnya Aku), kupancarkan mani di dalam mulut Mimin. Bersamaan dengan pancaran pertama, Mimin memundurkan kepalanya hendak melepaskan kuluman, tapi tanganku menahannya. Pancaran kedua, kudengar Mimin menggumam. Pancaran ketiga dan seterusnya Mimin membiarkan saja apa yang terjadi. Dia mungkin merasa bahwa Aku memang menginginkan begitu.

Sampai akhirnya penisku tak berkedut lagi, Aku melepas pegangan kepalanya dan Mimin melepaskan kulumannya dengan mulut tetap mengatup. Buru2 dia mencari-cari tissu. Diambilnya beberapa lembar dengan cepat, lalu ditumpahkan isi mulutnya ke atas gumpalan tissu...
"Iih....Ayah..... "katanya terengah.
"Kenapa Min?"
"Pas keluar, kepala Mimin malah ditahan...."
"Sorry ya Min.... "
"Untung engga ketelen...."
"Ketelen juga gak pa-pa"kataku. Mimin menoleh kaget. Ditatapnya mataku, menunggu penjelasan.
Kujelaskan tentang air mani, bersih, sepanjang si empunya tak penyakitan, protein, dll...
"Sorry ya Min..... Ayah merasa lebih nikmat begitu...."
"Oh iya, beneran Yah ?"
"Iya, beneran"
"Kalo Ayah ngerasa lebih enak, lain kali Mimin engga ngelepas deh...."
Kami masih tergeletak telanjang, sama-sama puas, sebelum akhirnya Mimin mengingatkan sebentar lagi teman2nya mau datang.
"Siapa aja yang mau dateng?"tanyaku.
"Biasa... Dity dan Trissy..."
"Dity yang kamu bilang dadanya gede itu ya...."
"Kok Ayah masih inget aja"
"Iya dong. Temen2 anaknya harus Ayah kenal. Kalo Trissy yang mana tuh?"
"Emmm... yang putih, rada kurus, tinggi"
"Oh itu.... tapi rasanya engga lebih tinggi dari kamu"
"Samalah kira2. kan Mimin termasuk tinggi..."
"Tinggi dan sexy...."tambahku. sambil meremas dadanya.
"Ih.... Ayah genit"
Aku berpakaian dan Mimin memunguti pakaiannya lalu keluar kamar, turun, dan langsung masuk ke kamar mandi. Terdengar guyuran air.
Aku masuk ke kamarku juga untuk mandi, dan keramas....

***

Keluar dari kamar mandi sudah terdengar dari kamar Mimin suara ribut cewe-cewe, sudah datang rupanya teman2 Mimin. Aku ke ruang tengah baca koran. Pintu kamar Mimin terbuka, Mimin nongol.
"Eh ... Ayah udah selesai...."katanya. Dia masuk kamar lagi. Selesai apanya?
Lalu mereka bertiga keluar kamar.
"Yah.... Dity ama Trissy mo lebaran ama Ayah"
Kuletakkan koran lalu Aku bangkit. Dity menghampiriku sambil senyum. Anak ini sudah lebih dewasa dibanding yang kulihat beberapa bulan lalu. Memang dia sering main ke rumah, tapi Aku jarang ketemu. Dadanya membulat kencang, senyumnya manis, kulitnya bersih walau tak seputih Mimin.
"Selamat Lebaran Oom...."
"Kemana aja kamu"
"Ada. Dity kan sering ke sini, Oom aja yang gak liat..." Bersalaman. Di belakangnya berdiri Trissy. Aku ingat anak ini dulu kurus, sekarang tubuhnya telah berbentuk, padat langsing. Kelihatannya dadanya kencang walau tak besar. Masih putih seperti dulu.
"Selamat Lebaran Oom...."kata Trissy. Lengan tangannya berbulu halus, menambah sexy.
"Kamu juga.... udah lama gak lihat eh.... udah gede ya sekarang" Sialan, tanpa kusadari Aku melirik dadanya yang sudah bertumbuh.
Basa-basi sebentar sebelum mereka minta izin kembali ke kamar.

Kembali Aku duduk pegang koran, tapi pikiranku melantur...
Seandainya anak2 itu jadi "murid"ku juga seperti Mimin.... Ah, ngaco. Ramai obrolannya, entah apa saja yang dibicarakan, Aku tak bisa menangkap. Sebentar2 diselingi dengan ketawa meriah. Itulah ABG, di mana2 sama.
Sekarang apa yang harus kulakukan ? Kalau ngelamun terus begini pikiranku jadi ngeres, terus kepingin menelanjangi Mimin lagi. Hari libur, isteri tak ada, seharusnya bisa seharian menghabiskan waktu bertelanjang dengan Mimin. Tapi masa Aku usir teman2nya. Bingung Aku mau ngapain. Cuma bisa berharap teman2nya segera pulang. Tak mungkinlah, mereka sudah biasa berkumpul berjam-jam sampai sore.
Baca lagi, timbul kantuk, dan Aku tertidur di kursi......

Aku terbangun ketika seseorang menepuk pundakku.
"Eh.... sorry... Ayah tidur ya...."kata Mimin. Kuliat arloji, oh... Aku ketiduran sampai sejam. Rupanya ejakulasi memuaskan pagi tadi membuatku terlelap...
"Teman2mu udah pulang?"
"Belum.... Eh, Yah" Mimin mendekatkan mulutnya ke telingaku.
"Bentar lagi mo pada buka2an tuh...."bisiknya.
Aku belum tersadar sepenuhnya.
"Buka apa?"tanyaku.
"Ih Ayah.... kaya dulu yang Mimin ceritakan"
Perlahan kesadaranku pulih.
Ya, Aku ingat. Mimin pernah cerita, teman2nya kalau di kamar rame2 suka saling membuka pakaian memperlihatkan tubuh masing2.
Aku tak tahu kenapa Mimin perlu bilang hal itu kepadaku. Apakah dia ingin supaya Aku melihat tubuh teman2nya?
"Kok bilang ke Ayah?"
"Ssst.... pelan2"bisiknya."Bukan gitu. Tadi Aku disuruh ngecek Ayah ada dimana, lagi apa, sebelum mulai 'acara' "katanya.
"Trus?"
"Kali aja Ayah mo liat...."
Gila. Apa anak ini sudah gila? Oh iya, baru Aku ingat. Dulu Mimin pernah mengeluh tentang dadanya yang kecil belum tumbuh sambil membandingkan dada temannya, ya Si Dity ini. Mendadak timbul ideku, ide yang menyenangkan.
"Mau, mau"kataku bersemangat.
"Idih.... semangat bener..."
"Lho kan dulu kamu pernah cerita....."
"Iya ...iya...makanya Mimin tawarin"
"Bilang aja Ayah ada di kamar udah tidur"kataku.
"Entar Ayah ngintip dari kamar Ayah?"
"Ya"
"Mana bisa Yah...."

Anak ini pintar. Posisi daun pintu hanya memungkinkan seseorang mengintip dari kamar Mimin ke kamarku, bukan sebaliknya. Selain dari pintu, tak ada lubang lain di dinding pemisah kedua kamar itu. Apa akal ? Ini kesempatan emas ! Ayo pikir ! Dan, jalan menuju kesesatan selalu mudah ditemukan, ide segera didapat.
"Gini aja Min, bilang aja Ayah ada di kamar, entar gak enak kalo ketahuan"
"Sementara Ayah mo beresin kamar di atas. Nanti kamu bilang kalo mo buka2an di kamar atas aja, aman"lanjutku.
"Kalo soal beginian, Ayah jagonya deh...."kata Mimin sambil beranjak kembali ke kamarnya. Aku hanya sempat menepuk pantat padatnya.

Aku ke atas ke kamar yang tadi kugunakan bersama Mimin. Aku beres-beres sampai rapi. Rencananya, Mimin kusuruh ajak teman2nya buat buka2an di kamar ini, sedangkan Aku bisa ngintip dari kamar sebelah lewat lubang angin yang berlapis kawat nyamuk. Aku lalu ke kamar sebelah untuk menyiapkan acara pengintipan. Pelan2 banget Aku geser meja belajar anakku ke dekat lubang angin, lau Aku coba mengintip. Ah, posisinya kurang pas. Mereka pastinya akan beraksi di tempat tidur. Pandangan dari sini ke tempat tidur sebelah kurang leluasa.

Aha, kenapa tak ditukar saja. Mereka Aku suruh ke kamar ini sementara Aku ngintip dari kamar sebelah. Posisi tempat tidurnya pas, dan lebih terang karena jendela kamar ini langsung menuju ke arah depan rumah. Dengan hati2 ku kembalikan posisi meja belajar, dan Aku tinggal menggeser sedikit posisi tempat tidur supaya seluruh permukaatn tempat tidur bisa ku"monitor" dari kamar sebelah. Aku kembali ke kamar sebelah untuk mempersiapkan tempat pengintipan. Aku geser meja ke dinding yang ada lubang anginnya, aku naik dan ..... pandangan ke sebelah luas, terang, dan leluasa ! Tapi harus ditest dulu supaya keamanan terjamin. Kutaruh suatu benda di dekat lubang angin, Aku turun dan mematikan lampu kamar, dan menuju ke "kamar shooting". Dari tempat tidur "shooting" Aku memandang ke lubang angin. Gelap. benda tadi hanya samar banget terlihatnya. Aman. Kamar ini sengaja pintunya kubuka lebar-lebar, sedangkan pintu kamar sebelah Aku tutup rapat. Show time....

Aku turun sambil berpikir gimana caranya memberitahu ke Mimin bahwa kamar sudah siap. Aku masuk ke kamarku, terbatuk-batuk supaya Mimin tahu keberadaanku. Benar saja, tak lama kemudian MImin masuk kamarku, Aku segera memberi "instruksi" supaya acaranya di kamar atas depan saja.
"Jadi Ayah di kamar tengah?"tanyanya setengah berbisik
"Ya"
"Tapi hati2 ya Yah, jangan sampai ketahuan"
"Beres"

Kudengar mereka dengan berhati-hati naik ke lantai atas. Dengan tak sabaran dan bertelanjang kaki Aku menyusul ke atas dan langsung masuk ke kamar tengah. terdengar suara cekikikan meraka. Hati2 Aku naik ke meja dan mendekat ke lubang angin. Dan.......

Mereka bertiga sudah membuka baju masing2, hanya ber-bra tapi bawahannya masih lengkap. Mereka ketawa-tawa sambil saling colek. Dity jelas buah dadanya bagai tak tertampung oleh bra-nya. Pinggirannya jelas membulat. Tapi Trissy, Aku tak menyangka. Tadi sewaktu salaman, dari luar kulihat dadanya biasa saja, hanya sedikit tonjolan kecil. Tapi setelah dia buka baju, dada itu jelas berbentuk dan menonjol. Memang kecil, tapi bentuknya indah, bulat dan nonjol. Pelan tapi pasti, penisku mengembang dan mengeras. Mimin tak perlu kuceritakan, kalian sudah tahu semua kan ?

Mereka saling meminta kawannya agar duluan membuka bra. Trissy mencoba menarik bra Dity. Dity memegang erat bra-nya.
"Ya udah...gw duluan...."kata Mimin. Dengan tenang Mimin mencopot bra-nya.
"Oh.... punya elo gede sekarang"kata Trissy.
"Eh...ini apaan.... kaya bekas cupang"kata Dity menunjuk buah dada kiri Mimin. Disambut ketawa ngakak mereka berdua. Mimin hanya senyum kecut.
Ah.... tadi Aku ciumin dada kiri Mimin dengan gemasnya. Mungkin sekarang berbekas.
"Sekarang buka"kata Mimin
"Elo dulu"kata Trissy nunjuk Dity.
"Elo duluan"sahut Dity
"Gimana sih elo....katanya tadi pengin buka2an..."kata Mimin.
"Ya tuh Dity..."
"Eh, elo yang ngotot pengin..."
"Elo juga"
"Suit deh..."kata Mimin. Berdua suit, Trissy kalah, dia mulai membuka kaitan bra di punggung, dan dadanya kini terbuka. Benar2 dada yang menggemaskan. Putih, kecil, bulat, menonjol, dan putingnya mungil hampir tak kelihatan. Penisku kini telah tegang. Ah...Aku pengin lagi. "Sekarang elo" Aku dikejutkan teriakan Trissy. Dity membuka bra-nya....

Dua gumpalan itu serasa terbebas dari kungkungan. Benar kata Mimin, buah dada Dity memang besar. Anak ini paling umurnya baru 17 tahun juga, tapi dadanya.... Putingnyapun jelas menonjol ke depan. Serasa enak kalau dikemot-kemot... Walaupun terkesan berat, tapi buah itu masih tegak ke depan, tidak turun. Inilah menangnya umur ABG, masih serba kencang.
"Tuh bola apa toket..."kata Trissy sambil tangannya memegang bulatan. Dity menangkis.
"Makin gede aja punya elo...."kata Mimin.
Besarnya mirip buah dada isteriku, tapi jelas lebih kencang punya Dity.
Aku makin gelisah...
AKu lalu ingat isteriku. Sedang apa dia ya. Aku kini sungguh2 berharap isteriku segera pulang, tapi ini belum sore....

"Ayo kita lepas semuanya..." kata Mimin sambil melepas roknya. Kedua temannya juga berbuat yang sama. Tapi saatnya Mimin sudah telanjang bulat, kedua temannya masih belum bersedia melepas celana dalamnya. Mendadak Mimin menangkap tubuh Trissy dari belakang.
Dity segera tahu apa yang harus diperbuat. Dipelorotkannya celana dalam Trissy, Trissy meronta-ronta. Tapi dikeroyok dua orang Trissy tak berdaya. Celana dalam crem itupun terlepas sudah, menyajikan bulu2 yang sungguh lebat ! Giliran Dity yang dikeroyok.
"Udah.... udah.... gw lepas sendiri..."teriak Dity. Kini ketiganya sudah bugil. Bulu2 Dity sedikit lebih rimbun dibanding bulu Mimin.
Ketiganya kini tergolek di kasur. Tiga gadis remaja telentang berjajar, semuanya bugil. Sungguh pemandangan yang indah ! Mereka ngobrol acuh. Tak jelas apa yang diomongkan.
Aku yang tak kuat ....

Aku membayangkan, seandainya Dity, atau Trissy, tergolek seperti itu dan Aku ada di situ, mungkin Aku dengan lancarnya akan memasukkan kelaminku menembus keperawanannya, tanpa hambatan mental seperti yang kualami pada Mimin. Mereka toh bukan anak angkatku... Tapi apakah mereka juga bersedia seperti Mimin? Mereka harus jadi muridku dulu...

Mimin bangkit, menyambar kain selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Kemana elo?"tanya dua temannya berbarengan.
"Mo ke bawah, ngecek babe dulu sambil ambil minuman...haus euy..."
"Jangan pake lama ya..."
Mimin keluar kamar dan turun ke lantai 1.
Aku dengan amat hati2 tak bersuara, turun dari tempat ngintip, keluar kamar mengikuti Mimin.

"Min...."
Mimikn menoleh kaget. Matanya melirik ke bawah tubuhku yang amat jelas menonjol. Aku seret dia masuk ke kamarku, sekali renggut kain selimutnya jatuh ke lantai, kutarik ke kasur. Dengan cepat kubuka celanaku, dan kudekatkan kelaminku yang sudah mengeras ke mulutnya. tanpa bicara Mimin mengerti maksudku. Didorongnya tubuhku hingga rebah terlentang.
"Hi..hi.... Ayah gak tahan ya....."
Dia mulai meng-oralku. Dia sudah tahu, matanya menatap mataku. Tapi justru Aku yang merem, karena membayangkan Dity yang melakukannya.
Mungkin karena didahului oleh pameran tubuh2 remaja tadi, mungkin juga karena membayangkan Dity, dan kadang2 berganti Trissy yang melakukannya, Aku jadi cepat "naik".
naik semakin tinggi....
terbang....
melayang di awan....
Dan....
Mimin tahu apa yang harus dilakukannya
Tanpa dipegangi kepalanya, Mimin membiarkan penisku tetap di dalam mulutnya ketika Aku sampai di puncak.
Penisku berdenyut-denyut sambil memuntahkan sperma di dalam mulut Mimin....
Mulutnya tetap 'menggenggam' penisku hingga denyutan berhenti.
Mimin telah belajar....
Cara melepasnyapun sudah pintar
Surut ke belakang dengan bibir masih melekat erat, menyapu...
Juga mengambil tissu, setelahnya. Tapi hanya untuk mengelap mulutnya, tidak untuk menampung seperti tadi.
"Mimin......?"
Mimin mengangguk.
"Habisnya .... waktu ayah keluar tadi, punya Ayah pas di dalem banget, ketelen deh ama Mimin...."
Semuanya?
"Tanggung.... Mimin telen aja semuanya...."
"Gimana rasanya?"
"Aneh"

Warung makan Plus

Warung makan plus


Aku adalah seorang penggemar masakan. Sudah banyak tempat yang kudatangi untuk mencicipi masakannya. Tetapi aku justru tertarik oleh sebuah warung yang kata teman-teman banyak menyediakan berbagai menu, sebut saja warung plus (WP).

Seperti biasa, malam hari sekitar jam 19:00, sepulang kerja aku selalu mencari tempat untuk makan (maklum bujangan), dan aku teringat oleh kata temanku yang baru siang tadi makan di WP. Karena jarak antara kantor dan WP agak jauh maka aku segera buru-buru melarikan mobilku. Sesampainya di sana aku agak bingung, karena begitu banyak mobil dan motor yang parkir. Tanpa pikir panjang kuparkir di tempat yang agak jauh. Mobil yang parkir di situ rata-rata adalah mobil luar kota, kebanyakan plat L dan W. Ketika memasuki WP, di sana ada banyak meja yang kosong, sempat aku berpikir, "Apakah aku salah tempat?"

"Ndhut.." kulihat seorang teman memanggil diriku.
Aku biasa dipanggil Gendhut oleh teman karena perut yang agak menonjol, mungkin karena terlalu banyak makan.
"Den, ngapain di sini?" tanyaku ke Deny, karena kulihat di mejanya hanya ada sebotol Fanta dan gelas.
"Lagi nunggu," sahutnya.
"Nunggu apa? Makanan?" tanyaku penasaran.
"Lagi nunggu servis," balasnya yang membuatku penasaran.
"Servis apa? Mobil?" tanyaku semakin penasaran.
"Lha kamu mau apa?" Deny balik bertanya.
"Makan," jawabku polos.
"Wah kuno kamu, di sini ada servis selain makan dan minum," balas Deny sambil menyeringai.

"Mas, mau pesan apa?" tanya seorang cewek yang sempat membuatku terkejut.
"Eh.. di sini ada apa aja?" jawabku.
"Di sini ada cewek," sahut Deny seraya mengerlipkan sebelah mata kepada cewek tadi.
"Ah.. Mas Deny ini, genit ah.. kan pelanggan baru kalau nggak mau bagaimana?" jawab si cewek agak manja.
"Saya pesan nasi campur dan es jeruk yang lainnya nanti saja," jawabku sambil memperhatikan cewek yang akhirnya kutahu namanya adalah Mina.

Mina adalah pegawai di warung itu, selain cantik juga mempunyai tubuh yang lumayan, tinggi; sekitar 170 cm, kulit; putih mulus, dada; sekitar 36, pinggul; seksi (apalagi kalau berjalan). Sambil makan dan berbincang dengan Deny, baru kutahu kalau si Deny ini sering ke sini, makanya dia berani menggoda Mina. Selesai makan Deny mengajakku ke sebuah ruangan di dalam warung itu, ruangan itu tidak terlalu lebar tapi sangat panjang dan memiliki banyak kamar dan hanya ada satu pintu untuk masuk dan keluar. Kulihat Deny memasuki kamar pertama, dan ternyata di situ adalah tempat receptionis dan seorang wanita yang sedang menulis-nulis sebuah buku (sepertinya buku administrasi).

"Mbak, ada yang kosong?" tanya Deny.
"Ada, ehm.. mau dua atau satu Den, atau.. masing-masing dua?" sambil melihat ke arahku.
"Masing-masing satu aja, ini temanku baru pertama kali ke sini," kata Deny.
"Oke, mau yang mana?" tanya wanita itu sambil memberikan foto-foto cewek lengkap dengan nama dan umur mereka di balik foto-foto itu.
"Eh.. kamu mau yang mana?" tanya Deny kepadaku.
Kemudian aku melihat separuh foto-foto itu karena yang separuhnya sedang dilihat Deny. Tak lama setelah kami bertukar foto, aku memilih sebuah foto yang dibaliknya ada nama Putri dan berumur 20 tahun.
"Oke, silakan tunggu di kamar 30 dan 31!" jawab wanita itu sambil memberikan kunci kamar nomor 30 kepadaku.

Sambil berjalan menuju kamar 30, aku sempat mendengar suara desahan nafas yang sangat kuhafal karena sering menonton film biru. Ketika aku sampai di depan pintu kamar seorang cewek cantik berusia sekitar 18 tahun menghampiriku dan bertanya,
"Mau sama Mbak Putri ya Mas?" tanyanya.
"Iya.." jawabku sambil mengamati wajah dan tubuh yang hanya mengenakan kaos ketat tipis tanpa BH dan celana ketat pendek (sepertinya celana untuk senam).
"Mas baru pertama ya ke sini?" tanyanya menyelidik.
"Iya.. kok tahu?" sahutku.
"Iya, tahu dong kan yang masuk sini selalu saya perhatikan dan kebanyakan hanya om-om. Oh iya nama saya Nani. Situ siapa?" tanyanya.
"Aku Charles. Masuk yuk, di dalam kan lebih enak!" sambil membuka pintu kamar dan menutup setelah Nani masuk.

Setelah berbincang dengan dia baru kutahu kalau dia anak pemilik warung yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya karena sibuk dengan urusan warung, makanya dia berada di ruangan itu tanpa sepengetahuan orangtuanya. Tak berapa lama kemudian pintu kamar terbuka, ternyata Putri yang kupesan tadi.

"Maaf, lama menunggu ya," kata putri.
"Udah dulu ya Mas, Mbak putri sudah datang, silakan bersenang-senang," kata Nani.
"Lho, Nani nanti kalau ibu tahu kamu bisa dimarahi lho," kata Putri.
"Cuek aja, yang penting bisa happy (sambil keluar dari kamar)," kata Nani.
"Mas sudah lama nunggu ya?" tanya Nani.
"Ah enggak kok, lagian kan ada Nani," kataku.
"Saya ke kamar mandi dulu ya, Mas buka saja dulu pakaiannya supaya lebih rileks," kata Putri.

Setelah Putri masuk kamar mandi, kubuka baju dan celana sampai telanjang bulat. Sambil menunggu kuperhatikan kamar itu, ternyata itu adalah kamar Putri, di sana banyak foto Putri sedang in action. "Wah Mas kok nafsu banget, nggak pakai pemanasan?" tanya Putri menyadarkanku dari lamunan. Ternyata Putri sudah tidak memakai apa-apa kecuali handuk yang hanya mampu menutupi dadanya yang kalau dilihat dia berukuran 35D itu, dan daerah liang senggamanya hanya tertutupi oleh bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat.
"Mas, kok ngelamun?" tanya dia lagi.
"Wah tubuhmu bagus sekali," jawabku.
Tanpa basa-basi kutarik tubuh itu dan kuciumi bibir tipis yang membuat wajahnya menjadi cantik. Putri tidak membalas ciuman pada menit pertama, tapi lama kelamaan dia mulai membalas ciumanku dengan sangat buas. "Mas rebahan di kasur ya! biar bisa isep itu," sambil menunjuk ke arah kemaluanku yang tak terasa sudah mulai menegang.

Aku langsung saja tiduran dan dia membuka handuk yang menempel tadi dan menjatuhkannya di lantai. Ternyata aku salah menilai susu yang besar itu, ternyata berukuran 36D. Setelah menaiki kasur dia langsung menciumi bibirku dan perlahan mulai turun dan akhirnya dia mengulum batang kemaluanku yang berukuran sekitar 15 cm itu. Aku pun menikmati permainan itu, secara perlahan dia mulai menaikiku dan mengarahkan batang kemaluanku yang sudah siap perang ke arah lubang kemaluannya. "Bless.." dan, "Ah.." Putri mendesah sambil memejamkan matanya. Agak lama dia terdiam dan aku merasakan sesuatu yang memijit batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya. Dia mulai membuka mata dan menaik-turunkan pinggulnya.

"Ah.. ah.. ah.. Mass.. ah.. ennaaknyaa.. ah.." sambil terus menaik-turunkan pinggulnya. Sampai akhirnya dia menjerit "Mass.. aku.. mauu.. keluuarr.. ah.." kurasakan ada cairan yang menyemprot kemaluanku dengan derasnya. Namun aku masih belum bisa menerima perlakuan ini, aku ganti posisi sehingga aku berada di atas dan dia membuka kakinya lebar-lebar seakan menyambut kedatangan kemaluanku. "Ayo Mas, puaskan Mas, basahi memek ini Mas." Tanpa ba bi bu, aku langsung menggenjot dia sehingga dia mengalami klimaks yang kedua kalinya.

"Aaah.. aah.. aah.. Maass.."
"Puutt.. aku.. su.. dah.. nggak.. kuaat.. ah.."

Kuakhiri kata-kata terakhir sambil memuncratkan spermaku ke dalam lubang kemaluannya. "Mas ini kuat sekali ya, aku belum pernah seperti ini," katanya sambil lubang kemaluannya memijit batang kemaluanku yang masih tegang di dalam. "Aku juga Put, belum pernah merasakan yang seperti ini (hanya alasan supaya senang)." Dan kami melakukannya sekali lagi karena kemaluanku masih tegang dan dipijat terus oleh lubang kemaluannya, jadinya tidak bisa tidur walau sudah keluar. Setelah selesai aku membersihkan diriku di kamar mandi. Selesai mandi aku keluar kamar dan melihat Putri tertidur, aku langsung saja keluar kamar, eh.. ternyata Deny sudah lama menungguku dan dia sudah membayar ongkos service tadi. Aku pun pamit dan berterima kasih pada Deny karena sudah malam dan besok masih ada pekerjaan yang menunggu di kantor.

Pada hari Sabtu sore aku berjalan-jalan di sebuah pertokoan di dekat alun-alun. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 18.00 dan perutku sudah mulai lapar. Ketika mencari sebuah rumah makan aku melihat ada seorang gadis yang duduk sendiri membelakangiku dan tampaknya gadis itu adalah Nani anak dari yang punya WP, dan kusapa dia.

"Hi, Nan.." sapaku.
"Oh, Mas Charles.." kata Nani.
"Sendiri?" tanyaku.
"Nggak, sama teman," jawabnya.
"Sama pacar?" tanyaku lagi.
"Pacar? belum punya tuh," katanya.

Tak lama kemudian ada sepasang muda-mudi yang bergandengan tangan ke arah kami.

"Mas kenalin ini teman saya Erika dan Budi," kata Nani.
"Nama saya Charles," kataku memperkenalkan diri.
"Saya Erika," kata Erika.
"Budi," kata Budi.
"Kok lama banget sih, kamu lagi pesan atau buat masakan?" tanya Nani.
"Kan antri non," kata Erika.
"Char, kamu nggak pesan?" tanya Budi.
"Sudah tadi (ketika sedang berduaan)," kataku.
"Nan, kamu nanti ikut kami nggak? Berempat kan asyik," kata Erika.
"Tanya dulu dong, masa langsung angkut. Mas Charles ada acara nggak?" tanya Nani.
"Nggak ada," kataku.
"Mau ikut kami?" tanya Nani.
"Ke mana?" tanyaku.
"Ada deh," kata Nani.
"Boleh, lagian besok libur kantor, nganggur," kataku.

Sambil makan aku memperhatikan Erika yang tak kalah cantik dibanding Nani, tingginya sekitar 160 cm, dadanya sekitar 34, kulitnya coklat, pinggulnya agak kecil (lumayan). Setelah makan kami menuju ke areal parkir. Karena masing-masing bawa mobil (aku dan Budi) maka aku satu mobil sama Nani karena dia yang tahu mau ke mana. Saat di dalam mobil dia banyak cerita tentang temannya yang akhirnya kutahu kalau mereka itu sedang berpacaran dan sudah bertunangan. Ketika akan melewati sebuah hotel Nani menyuruhku untuk masuk ke dalam hotel itu.

"Mau nginap?" tanyaku.
"Ya ke sini ini tujuan kita," kata Nani.

Sambil mencari tempat parkir aku berpikir kalau aku sedang mendapat kejutan akan berkencan dengan seorang gadis yang cantik dan gratis karena dia yang mengajak. Setelah menemukan tempat yang aman dari teman sekantor, kami masuk ke dalam dan teman Nani sudah memesan sebuah kamar VIP. Kami pun berjalan mengikuti belboy yang menunjukkan di mana kamar kami. Sesampainya di kamar, Budi memberi tip kepada belboy dan menutup pintu kamar. Kamar yang unik menurutku (karena belum pernah masuk), ada dua kasur besar di dalam dua ruangan tanpa pintu yang berseberangan, sebuah ruang tamu lengkap dengan TV, kulkas, AC dan sebuah meja kecil dengan telepon. Kami berempat duduk berpasangan di ruang tamu, aku dengan Nani dan Budi dengan Erika. Tanpa menunggu aba-aba Budi langsung menciumi Erika, dan kurasakan tangan Nani mulai membelai pahaku. Aku pun langsung memeluk Nani dan menciumi bibir sensualnya. Nani pun membalas ciuman itu dengan buas dan liar bagai singa sedang memakan mangsanya. Kemudian Erika bertanya,
"Nan, kamu kamar yang mana?"
"Terserah deh, pokoknya ada kasurnya," kata Nani.
"Aku masuk dulu ya," kata Erika.
"Aku juga ah.. nggak enak di sini," kata Nani.

Sambil menarikku ke dalam kamar dan membaringkan aku dengan sedikit mendorong.
"Mas, aku akan servis kamu lebih dari yang pernah kamu alami," kata Nani.
"Boleh aja, asal bisa tahan lama," kataku.

Nani membuka pakaiannya sambil melenggak-lenggokkan pinggul layaknya seorang penari striptease. Setelah pakaiannya habis dia berjongkok sambil menciumi batang kemaluanku yang sudah tegak di dalam celana. Sambil menciumi dia membuka celana dan aku membuka baju sampai telanjang bulat. Dia langsung menciumi dan menjilati kemaluanku yang sudah tegak berdiri dengan gagahnya.
"Mas besar sekali?" tanya Nani.
"Tapi enakkan.." kataku.
"Iya.." katanya.
Kemudian kutarik tubuhnya sehingga aku dapat menciumi lubang kemaluannya dan dia tetap dapat mengulum kemaluanku.
"Mas.. lidahnya.. nakal.. auw.. ah.." katanya sambil mendesah.
"Kamu juga pintar mainin lidah," kataku.
"Mas.. masukin.. aja.. ya.. aku.. pingin.. ini.." kata Nani.

Sambil memutar tubuhnya, sayub-sayub aku mendengar jeritan nikmat dari kamar seberang.
"Ah.. Mas.. nikmat.. Mas.. ah.." katanya ketika batang kemaluanku masuk dan sambil menaik-turunkan pinggulnya aku merasakan batang kemaluanku mendapat hisapan yang sangat kuat.
"Mas.. oh.. ah.. Mas.. enak.. ah.." desah Nani.
"Ka.. muu.. juga.." selang agak lama dia mulai mempercepat genjotannya dan akhirnya dia orgasme.
"Ah.. Mas.. ah.. enak.."
Aku tahu dia sudah lemas, maka aku membalikkan tubuhnya sambil batang kemaluanku tetap di dalam dan mulai menggenjot tubuhnya.
"Oh.. Mas.. yang keras.. Mas.. ah.." dia berkata sambil mengangkat kedua kakinya sehingga aku dapat menciumi betisnya.

Tak berapa lama, "Mas.. aku.. mau kegh.. luar.. ah.. Mas.. nggak.. kuat.." teriaknya.
"Ta.. han.. sebentar ya.. aku.. juga.. hmmff," aku mempercepat gerakan dan akhirnya..
"Mas.. ah.. aku.. keluar.. Mas.. aagh.. hmmff.. hmmff.."
"Ah.. ah.. oh.."
Kami mengeluarkan secara bersamaan dan aku mencium keningnya dan dia pun membalas mencium dadaku sambil sedikit menggenjot secara halus untuk mengeluarkan sisa sperma yang belum keluar. "Plok, plok, wah hebat bener sampai Nani harus dua kali keluar," kata Erika yang sedang memperhatikan kami, ternyata dia dan Budi sudah lama menonton pertandingan kami dan kami tidak menyadarinya.

Setelah membersihkan diri kami berkumpul di ruang tamu sambil berbincang tanpa sehelai benang yang menempel.
"Gimana Nan enak?" tanya Erika.
"Luar biasa Er, aku belum pernah seperti ini," kata Erika.
"Kalau sama aku?" tanya Budi.
"Kamu sih nggak ada apa-apanya sama dia?" kata Nani sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
"Masa?" tanya Budi.
"Iya, punya dia kan lebih besar dan lebih lama," kata Nani.
"Kalau lama aku mungkin bisa kan biasanya melayani kalian berdua jadinya capek kan," kata Budi.
"Gimana kalau nanti kita tukar, aku sama Charles dan kamu (Nani) sama Budi," kata Erika.
"Wah rugi aku dapat Budi," kata Nani.
"Menghina ya," kata Budi.
"Nggak pa-pa Nan, aku kan juga pingin ngerasain," kata Erika.
"Kamu mau nggak Mas?" tanya Nani kepadaku.
"Boleh, tapi biasanya yang kedua lebih lama," kataku.
"Waduh, rugi dua kali nih," kata Nani.
"Kamu kan kapan-kapan bisa berduaan lagi, kalau aku kan mau menikah," kata Erika.
"Iya deh," kata Nani.

Setelah itu Erika dan Nani bertukar tempat dan sekarang Erika berada dalam pelukanku sedangkan Nani bersama Budi. Selang agak lama berbincang-bincang Erika mulai meraba-raba dadaku dan memberikan ciuman kecil pada pentilku. Aku pun membalas dengan membelai lembut buah dada yang tampak menggairahkan itu. Tak lama kemudian Budi menggendong Nani dan membawanya memasuki kamar tempat Erika dan Budi bermain pada mulanya. Sedangkan Erika semakin buas dan segera mengulum batang kejantananku yang masih tidur dengan nyenyaknya. Aku pun menikmati perlakuan yang diberikan Erika kepada batang kejantanan yang sekarang setengah tiang itu. Tampaknya Erika sangat ahli dalam hal mengulum, buktinya tidak lama kemudian adik kesayanganku itu terbangun dalam keadaan siap tempur. Aku menjadi tidak sabar dengan keadaan itu maka dengan nafsu yang besar kugendong tubuh Erika menuju ke kamar yang satunya lagi.

Di dalam kamar langsung kulempar tubuh itu ke atas kasur dan aku pun mulai menciumi daerah liang senggama Erika yang sudah terlihat sangat merangsang. "Emh.. emh.. ahh.." tampaknya Erika mulai merasakan rangsangan yang aku berikan. "Mas.. aku.. pingin.. Mas.. ah.." setelah berkata, dia langsung membalikkan badannya dan sekarang posisi kami saling berhadapan dengan dia di atas dan aku di bawah. Dia mulai mengarahkan batang kemaluanku ke arah kemaluannya dan.. "Ahh.." amblaslah batang kemaluan yang lumayan besar itu. Tanganku pun tak mau tinggal diam, meremas-remas buah dada yang sedang mengayun-ayun di atas dadaku. "Emh.. ah.." dia pun mulai memainkan pantatnya. Tak berapa lama dia mengejang dan menurunkan pantatnya sampai batang kemaluanku amblas tak terlihat, rupanya dia sudah orgasme, tapi dia tidak seperti habis orgasme tetap menaik-turunkan pantatnya malah semakin cepat. Aku pun merasa nikmat dan dalam waktu singkat aku pun orgasme. Kami pun tertidur kecapaian sambil kemaluanku tetap di dalam liang senggamanya dan kepalanya berada di dadaku. Keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing, dan sejak kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Erika lagi, begitu juga Nani, entah kemana mereka, seolah hilang ditelan bumi. Maka aku pun hanya bisa membayangkan tidur bersama mereka berdua. Dan aku semakin sering datang ke warung barangkali bisa bertemu Nani, kalaupun tidak bertemu masih ada keistimewaan dari warung itu, makan sambil ngeseks.

Jumat, 28 Januari 2011

Derita seorang anggota polwan

Derita seorang anggota polwan
Bripda Handayani, 20 tahun, adalah seorang anggota Bintara Polwan yang baru dilantik beberapa bulan yang lalu. Handayani atau sering dipanggil Yani itu memiliki wajah yang cukup cantik, berkulit putih dengan bibir yang merah merekah, tubuhnya kelihatan agak berisi dan sekal. Orang-orang di sekitarnya pun menilai wajahnya mirip dengan artis Desy Ratnasari.


Banyak orang menyayangkan dirinya yang lebih memilih profesi sebagai seorang polisi wanita daripada menjadi artis atau seorang foto model. Maklumlah, dengan penampilannya yang cantik itu Handayani memiliki modal yang cukup untuk berprofesi sebagai seorang foto model atau artis sinetron.

Tinggi badannya 168 cm dan ukuran bra 36B, membuat penampilannya makin menggairahkan, apalagi ketika ia mengenakan baju seragam dinas Polwan dengan baju dan rok seragam coklatnya yang berukuran ketat sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas menembus dan menghias kedua buah pantatnya yang sekal. Karena ukuran roknya yang ketat, sehingga saat ia berjalan goyangan pantatnya terlihat aduhai. Semua pria yang berpikiran nakal pastilah ingin mencicipi tubuhnya.

Pada suatu malam sehabis lembur, sekitar jam 10 malam ia berjalan sendirian meninggalkan kantor untuk pulang menuju ke mess yang kebetulan hanya berjarak sekitar 600 meter dari Markas Polda tempatnya berdinas. Dia merasakan badannya amat lelah akibat seharian kerja ditambah lembur tadi, sekujur tubuhnya pun terasa lengket-lengket karena keringat yang juga membasahi seragam dinas yang dikenakannya.

Dengan berjalan agak lambat, kini tibalah Handayani pada sebuah jalan pintas menuju ke mess yang kini tinggal berjarak 100 meter itu, namun jalan tersebut agak sunyi dan gelap. Tiba-tiba tanpa disadarinya, sebuah mobil Kijang berkaca gelap memotong jalan dan berhenti di depannya. Belum lagi hilang rasa kagetnya, sekonyong-konyong keluar seorang pemuda berbadan kekar dari pintu belakang dan langsung menyeret Bripda Handayani yang tidak sempat memberikan perlawanan itu masuk ke dalam mobil tersebut, dan mobil itu kemudian langsung tancap gas dalam-dalam meninggalkan lokasi.

Di dalam mobil tersebut ada empat orang pria. Bripda Handayani diancam untuk tidak berteriak dan bertindak macam-macam, sementara mobil terus melaju dengan cepat. Handayani yang masih terbengong-bengong pun didudukkan di bagian tengah, diapit 2 orang pria. Sementara mobil melaju, mereka berusaha meremas-remas pahanya. Tangan kedua lelaki tersebut mulai bergantian mengusap-usap kedua paha mulus Handayani.

Naluri polisi Handayani kini bangkit dan berontak. Namun belum lagi berbuat banyak, tiba-tiba lelaki yang duduk di belakangnya memukul kepala Handayani beberapa kali hingga akhirnya Handayani pun mengakhiri perlawanannya dan pingsan.

Kedua tangan Bripda Handayani diikat ke belakang dengan tali tambang hingga dadanya yang montok dan masih dilapisi seragam Polwan itu mencuat ke depan. Sementara itu selama dalam perjalanan kedua orang pria yang mengapitnya itu memanfaatkan kesempatan dengan bernafsu menyingkap rok seragamnya Handayani sampai sepinggang. Setelah itu kedua belah kakinya dibentangkan lebar-labar ke kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-tangan nakal kedua lelaki tersebut dengan leluasa menyeruak ke dalam celana dalam Handayani, kemudian dengan bernafsu mengusap-ngusap kemaluan Bripda Handayani.

Akhirnya sampailah mereka di sebuah rumah besar yang sudah lama tidak ditempati di suatu daerah sepi. Mobil langsung masuk ke dalam dan garasi langsung ditutup rapat-rapat. Kemudian Handayani yang masih pingsan itu langsung digotong oleh dua orang yang tadi mengapitnya masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah tersebut kelihatan sekali tidak terawat dan kosong, namun di tengah-tengahnya terdapat satu sofa besar yang telah lusuh.

Ternyata di sana sudah menunggu kurang lebih sekitar lima orang pria lagi, jadi total di sana ada sekitar sembilan orang lelaki. Mereka semua berperangai sangar, badan mereka rata-rata dipenuhi oleh tatto dan lusuh tidak terawat, sepertinya mereka jarang mandi.

Bripda Handayani kemudian didudukkan di sebuah kursi sofa panjang di antara mereka.
"Waw betapa cantiknya Polwan ini." guman beberapa lelaki yang menyambut kedatangan rombongan penculik itu sambil memandangi tubuh lunglai Handayani.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berujar memerintah, "Jon.., ambilin air..!"
Seseorang bernama Joni segera keluar ruangan dan tidak lama kemudian masuk dengan seember air.
"Ini Frans..," ujar Joni.
Frans yang berbadan tegap dan berambut gondrong itu berdiri dan menyiramkan air pelan-pelan ke wajah Bripda Handayani.

Beberapa saat kemudian, ketika sadar Polwan cantik itu terlihat sangat terkejut melihat suasana di depannya, "Kamu..." katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tangannya terikat erat.
Kali ini Frans tersenyum, senyum kemenangan.
"Mau apa kamu..!" Bripda Handayani bertanya setengah menghardik kepada Frans.
"Jangan macam-macam ya, saya anggota polisi..!" lanjutnya lagi.
Frans hanya tersenyum, "Silakan saja teriak, nggak bakal ada yang dengar kok. Ini rumah jauh dari mana-mana." kata Frans.
"Asal tau aja, begitu urusan gue di Polda waktu itu beres, elo udah jadi incaran gue nomer satu." sambungnya.

Sadar akan posisinya yang terjepit, keputusasaan pun mulai terlihat di wajah Polwan itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hati Frans masih belum padam, terlebih-lebih dia masih ingat ketika Bripda Handayani membekuknya saat dia beraksi melakukan pencopetan di dalam sebuah pasar. Namun karena bukti yang kurang, saat diproses di Polda Frans pun akhirnya dibebaskan. Hal inilah yang membuat Frans mendendam dan bertindak nekat seperti ini.

Memang di kalangan dunia kriminal nama Frans cukup terkenal. Pria yang berusia 40-an tahun itu sering keluar masuk penjara lantaran berbagai tindak kriminal yang telah dibuatnya. Tindakannya seperti mencopet di pasar, merampok pengusaha, membunuh sesama penjahat. Kejahatan terakhir yang belum semat terlacak oleh polisi yang dia lakukan beberapa hari yang lalu adalah merampok dan memperkosa korbannya, yaitu seorang ibu muda yang berusia sekitar 25 tahun, istri dari seorang pengusaha muda yang kaya raya. Ibu itu sendirian di rumahnya yang besar dan mewah karena ditinggal suaminya untuk urusan bisnis di Singapura.

"Ampun Mas, maafkan aku, aku waktu itu terpaksa bersikap begitu." katanya seolah membela diri.
"Ha.. ha.. ha..." Frans tertawa lepas dan serentak lelaki yang lainnya pun ikut tertawa sambil mengejek Bripda Handayani yang duduk terkulai lemas.
"Hei Polwan goblok, gue ini kepala preman sini tau! Elo nangkep gue sama aja bunuh diri!" ujar Frans sambil mengelus-elus dagunya.
"Sekarang elo musti bayar mahal atas tindakan elo itu, dan gue mau kasih elo pelajaran supaya elo tau siapa gue." sambungnya.

Bripda Handayani pun tertunduk lemas seolah dia menyesali tindakan yang telah diambilnya dulu, airmatanya pun mulai berlinang membasahi wajahnya yang cantik itu.
Tiba-tiba, "BUKK.." sebuah pukulan telak menghantam pipi kanannya, membuat tubuh Handayani terlontar ke belakang seraya menjerit. Seorang lelaki berkepala botak telah menghajar pipinya, dan "BUKK" sekali lagi sebuah pukulan dari si botak menghantam perut Handayani dan membuat badannya meringkuk menahan rasa sakit di perutnya.

"Aduh.., ampun Bang.. ampunn..," ujar Handayani dengan suara melemah dan memelas.
Frans sambil melepaskan baju yang dikenakannya berjalan mendekati Handayani, badannya yang hitam dan kekar itu semakin terlihat seram dengan banyaknya tatto yang menghiasi sekujur badannya.
"Udah Yon, sekarang gue mau action." ujar Frans sambil mendorong Yonas si kepala Botak yang menghajar Handayani tadi.

Tidak perduli dengan pembelaan diri Handayani, Frans dengan kasarnya menyingkapkan rok seragam Polwan Handayani ke atas hingga kedua paha mulus Handayani terlihat jelas, juga celana dalam putihnya.
Handayani menatap Frans dengan ketakutan, "Jangan, jangan Mas..." ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.
Kemudian, dengan kasar ditariknya celana dalam Handayani sehingga bagian bawah tubuh Handayani telanjang. Kini terlihat gundukan kemaluan Handayani yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak begitu lebat, sementara itu Handayani menangis terisak-isak.

Para lelaki yang berada di sekitar Frans itu pun pada terdiam melongo melihat indahnya kemaluan Polwan itu. Untuk sementara ini mereka hanya dapat melihat ketua mereka mengerjai sang Polwan itu untuk melampiaskan dendamnya. Kini Frans memposisikan kepalanya tepat di hadapan selangkangan Handayani yang nampak mengeliat-geliat ketakutan. Tanpa membuang waktu, direntangkannya kedua kaki Handayani hingga selangkangannya agak sedikit terbuka, dan setelah itu dilumatnya kemaluan Handayani dengan bibir Frans.

Dengan rakus bibir dan lidah Frans mengulum, menjilat-jilat lubang vagina Handayani. Badan Handayani pun menggeliat-geliat kerenanya, matanya terpejam, keringat mulai banjir membasahi baju seragam Polwannya, dan rintihan-rintihannya pun mulai keluar dari bibirnya akibat ganasnya serangan bibir Frans di kemaluannya, "Iihh.. iihh.. hhmmh.."

Tidak tahan melihat itu, Joni dan seorang yang bernama Fredi yang berdiri di samping langsung meremas-meremas payudara Handayani yang masih terbungkus seragam itu. Bripda Handayani sesekali nampak berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu Frans. Jari-jari Frans juga meraba secara liar daerah liang kemaluan yang telah banjir oleh cairan kewanitaannya dan air liur Frans. Jari telunjuknya mengorek dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk-nusuk.
"Aakkh.. Ooughh..." Bripda Handayani semakin keras mengerang-ngerang.

Setelah puas dengan selangkangan Handayani, kini Frans bergeser ke atas ke arah wajah Handayani. Dan kini giliran bibir merah Handayani yang dilumat oleh bibir Frans. Sama ketika melumat kemaluan Handayani, kini bibir Handayani pun dilumat dengan rakusnya, dicium, dikulum dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Handayani.
"Hmmph.. mmph.. hhmmp.." Handayani hanya dapat memejamkan mata dan mendesah-desah karena mulutnya terus diserbu oleh bibir Frans.
Bunyi decakan dan kecupan semakin keras terdengar, air liur mereka pun meleleh menetes-netes. Sesekali Frans menjilat-jilat dan menghisap-hisap leher jenjang Handayani.

"It’s showtime..!" teriak Frans yang disambut oleh kegembiraan teman-temannya.
Kini Frans yang telah puas berciuman berdiri di hadapan Bripda Handayani yang napasnya terengah-engah akibat gempuran Frans tadi, matanya masih terpejam dan kepalanya menoleh ke kiri seolah membuang wajah dari pandangan Frans. Frans pun membuka celana jeans lusuhnya hingga akhirnya telanjang bulat. Kemaluannya yang berukuran besar telah berdiri tegak mengacung siap menelan mangsa.

Kini Frans meluruskan posisi tubuh Handayani dan merentangkan kembali kedua kakinya hingga selangkangannya terkuak sedikit kemudian mengangkat kedua kaki itu serta menekuk hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di dada Handayani. Hingga kemaluan Handayani yang berwarna kemerahan itu kini menganga seolah siap menerima serangan. Tangis Handayani semakin keras, badannya terasa gemetaran, dia tahu akan apa-apa yang segera terjadi pada dirinya.

Frans pun mulai menindih tubuh Handayani, tangan kanannya menahan kaki Handayani, sementara tangan kirinya memegangi batang kemaluannya membimbing mengarahkan ke lubang vagina Handayani yang telah menganga.
"Ouuhh.. aah.. ampuunn.. Mass..!" rintih Handayani.
Badan Handayani menegang keras saat dirasakan olehnya sebuah benda keras dan tumpul berusaha melesak masuk ke dalam lubang vaginanya.
"Aaakkh..!" Handayani mejerit keras, matanya mendelik, badannya mengejang keras saat Frans dengan kasarnya menghujamkan batang kemaluannya ke dalam lubang vagina Handayani dan melesakkan secara perlahan ke dalam lubang vagina Handayani yang masih kencang dan rapat itu.
Keringat pun kembali membasahi seragam Polwan yang masih dikenakannya itu. Badannya semakin menegang dan mengejan keras disertai lolongan ketika kemaluan Frans berhasil menembus selaput dara yang menjadi kehormatan para gadis itu.
Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Handayani, Frans mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat. Darah segar pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Handayani yang sedang disusupi kemaluan Frans itu. Dengan irama cepat Frans mulai menggenjot tubuh Handayani, rintihan Handayani pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Frans.
"Ooh.. oh.. oohh..!" badannya terguncang-guncang keras dan terbanting-banting akibat kerasnya genjotan Frans yang semakin bernafsu.

Setelah beberapa menit kemudian badan Frans menegang, kedua tangannya semakin erat mencengkram kepala Handayani, dan akhirnya disertai erangan kenikmatan Frans berejakulasi di rahim Bripda Handayani. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak hingga meluber keluar. Bripda Handayani hanya dapat pasrah menatap wajah Frans dengan panik dan kembali memejamkan mata disaat Frans bergidik untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di atas tubuh Handayani.

Tangis Handayani pun kembali merebak, ia nampak sangat shock. Badan Frans yang terkulai di atas tubuh Handayani pun terguncang-guncang jadinya karena isakan tangisan dari Handayani.
"Gimana rasanya Sayang..? Nikmat kan..?" ujar Frans sambil membelai-belai rambut Handayani.
Beberapa saat lamanya Frans menikmati kecantikan wajah Handayani sambil membelai-belai rambut dan wajah Handayani yang masih merintih-rintih dan menangis itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang vagina Handayani.

"Makanya jangan main-main sama gue lagi ya Sayang..!" sambung Frans sambil bangkit dan mencabut kemaluannya dari vagina Handayani.
"Ayo siapa yang mau maju, sekarang gil..." ujar Frans kapada teman-temannya.
Belum lagi Frans selesai bicara, Fredi sedari tadi di sampingnya sudah langsung mengambil posisi di depan Handayani yang masih lemas terkulai di kursi sofa. Beberapa orang yang tadinya maju kini mereka mundur lagi, karena memang Fredi adalah orang kedua dalam geng ini.

Fredi yang berumur 38 tahun dan berperawakan sedang ini segera melepaskan celana jeans kumalnya, dan kemudian naik ke atas sofa serta berlutut tepat di atas dada Handayani. Kemaluannya yang telah membesar dan tidak kalah gaharnya dengan kemaluan Frans kini tepat mengarah di depan wajah Handayani. Handayani pun kembali membuang wajah sambil memejamkan matanya. Fredi mulai memaksa Handayani untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepala Handayani dan menghadapkan wajahnya ke depan kemaluannya.

Setelah itu kemudian Fredi memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulut Handayani hingga masuk sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibir Handayani, yang kelagapan karena mulutnya kini disumpal oleh kemaluan Fredi yang besar itu. Fredi mulai mengocokkan batang penisnya di dalam mulut Handayani yang megap-megap karena kekurangan oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dangan cepat hingga buah zakarnya memukul-mukul dagu Handayani.

Bunyi berkecipak karena gesekan bibir Handayani dan batang penis yang sedang dikulumnya tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Fredi yang sedang mengerjainya makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajah Handayani. Batang penisnya juga semakin cepat keluar masuk di mulut Handayani, dan sesekali membuat Handayani tersedak dan ingin muntah.

Lima menit lamanya batang penis Fredi sudah dikulumnya dan membuat Handayani makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Fredi pun mengejan keras dan Fredi menumpahkan spermanya di rongga mulut Handayani. Hal ini membuat Handayani tersetak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Fredi di kepalanya sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa Handayani menelan sebagian besar sperma itu.
"Aaah..," Fredi pun mendesah lega sambil merebahkan badannya ke samping tubuh Handayani.

Segera Handayani meludah dan mencoba memuntahkan sperma dari rongga mulutnya yang nampak dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Belum lagi menumpahkan semuanya, tiba-tiba badannya sudah ditindih oleh Yonas yang dari tadi juga berada di samping.
"Ouuh..," Handayani mendesah akibat ditimpa oleh tubuh Yonas yang ternyata telah telanjang bulat itu.
Kini dengan kasarnya Yonas melucuti baju seragam Polwan yang masih dikenakan Handayani itu. Tetapi karena kedua tangan Handayani masih diikat ke belakang, maka yang terbuka hanya bagian dadanya saja.

Setelah itu dengan kasarnya Yonas menarik BH yang dikenakan Handayani dan menyembullah kedua buah payudara indah milik Handayani itu. Pemandangan itu segera saja mengundang decak kagum dari para lelaki itu.
"Aah.. udah Mass.. ampuunn..!" dengan suara yang lemah dan lirih Handayani mencoba untuk meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Rupanya hal ini tidak membuahkan hasil sama sekali, terbukti Yonas dengan rakusnya langsung melahap kedua bukit kembar payudara Handayani yang montok itu. Diremas-remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua payudara indah itu hingga warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan mulai membengkak.

Setelah puas mengerjai bagian payudara itu, kini Yonas mulai akan menyetubuhi Handayani.
"Aaakkhh..." kembali terdengar rintihan Handayani dimana pada saat itu Yonas telah berhasil menanamkan kemaluannya di dalam vagina Handayani.
Mata Handayani kembali terbelalak, tubuhnya kembali menegang dan mengeras merasakan lubang kemaluannya kembali disumpal oleh batang kejantanan lelaki pemerkosanya.

Tanpa membuang waktu lagi, Yonas langsung menggenjot memompakan kemaluannya di dalam kemaluan Handayani. Kembali Handayani hanya dapat merintih-rintih seiring dengan irama gerakan persetubuhan itu.
"Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!"

Selang beberapa menit kemudian Yonas pun akhirnya berejakulasi di rahim Handayani. Yonas pun juga tumbang menyusul Frans dan Fredi setelah merasakan kenikmatan berejakulasi di rahim Handayani. Kini giliran seseorang yang juga tidak kalah berwajah garang, seseorang yang bernama Martinus, badannya tegap dan besar serta berotot, kepalanya plontos, kulitnya gelap, penampilannya khas dari daerah timur Indonesia. Usianya sekitar 35 tahun.

Nampak Martinus yang agak santai mulai mencopot bajunya satu persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya yang belum disunat itu pun sudah mengacung besar sekali. Handayani yang masih kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang sendu, seolah airmatanya telah habis terkuras. Kini hanya tinggal senggukan-senggukan kecil yang keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengah-engah gara-gara digenjot oleh Yonas tadi.

Setelah itu dia mendekati Handayani dan menarik tubuhnya dari sofa sampai terjatuh ke lantai. Cengkraman tangannya kuat sekali. Kini dia membalikkan tubuh Handayani hingga telungkup, setelah itu kedua tangan kekarnya memegang pinggul Handayani dan menariknya hingga posisi Handayani kini menungging. Jantung Handayani pun berdebar-debar menanti akan apa yang akan terjadi pada dirinya.

Dan, "Aakkhh.. ja.. jangan di situu.., ough..!" tiba-tiba Handayani menjerit keras, matanya terbelalak dan badannya kembali menegang keras.
Ternyata Martinus berusaha menanamkan batang kejantanannya di lubang anus Handayani. Martinus dengan santainya mencoba melesakkan kejantanannya perlahan-lahan ke dalam lubang anus Handayani.
"Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!" Handayani meraung-raung kesakitan, badannya semakin mengejang.

Dan akhirnya Martinus bernapas lega disaat seluruh kemaluannya berhasil tertanam di lubang anus Handayani. Kini mulailah dia menyodomi Handayani dengan kedua tangan memeganggi pinggul Handayani. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian kencang sehingga membuat tubuh Handayani tersodok-sodok dengan kencangnya.
"Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah... oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..!" begitulah rintihan Handayani sampai akhirnya Martinus berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam lubang dubur Handayani yang juga telah mengalami pendarahan itu.

Akan tetapi belum lagi habis sperma yang dikeluarkan oleh Martinus di lubang dubur Handayani, dengan gerakan cepat Martinus membalikkan tubuh Handayani yang masih mengejan kesakitan hingga telentang. Martinus rupanya belum merasakan kepuasan, dan dia tanamkan lagi kejantannya ke dalam lubang vagina Handayani.
"Oouuff.., aahh..!" Handayani kembali merintih saat kemaluan Martinus menusuk dengan keras lubang vaginanya.
Langsung Martinus kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan keras dan kasar sampai-sampai membanting-banting tubuh Handayani membentur-bentur lantai.

"Ouh.. oohh.. ohh..!" Handayani merintih-rintih dengan mata terpejam.
Dan akhirnya beberapa menit kemudian Martinus berejakulasi kembali, yang kali ini di rongga vagina Handayani. Begitu tubuh Martinus ambruk, kini giliran seseorang lagi yang telah antri di belakang untuk menikmati tubuh Polwan yang malang ini.
"Giliran gua. Gue dendam sama yang namanya polisi..!" ujar Jack.

Jack, begitulah orang ini sering dipangil, dia adalah residivis keluaran baru yang baru berusia 18 tahun, namun tidaklah kalah sangar dengan Frans atau yang lainnya yang telah berusia 30 sampai 40-an tahun itu. Kejahatannya juga tidak kalah seram, terakhir dia sendirian merampok seorang mahasisiwi yang baru pulang kuliah malam dan kemudian memperkosanya.

Jack memungut topi pet Polwan milik Handayani dan mengenakan ke kepala Handayani yang kini seluruh tubuh lemasnya mulai gemetaran akibat menahan rasa sakit dan pedih di selangkangannya itu. Setelah itu tanpa ragu-ragu Jack memasukkan penisnya langsung menembus vagina Handayani, namun Handayani hanya merintih kecil karena terlalu banyak rasa sakit yang dideritanya. Dan kini seolah semua rasa sakit itu hilang.

Beberapa menit lamanya Jack memompa tubuh Handayani yang lemah itu. Badan Handayani hanya tersentak-sentak lemah seperti seonggokan daging tanpa tulang. Akhirnya kembali rahim Handayani yang nampak kepayahan itu dibanjiri lagi oleh sperma. Setelah Jack sebagai orang kelima yang memperkosa Handayani tadi, kini empat orang yang lainnya mulai mendekat.

Mereka adalah anggota muda dari geng ini, usia mereka juga masih muda. Ada yang baru berusia 15 tahun dan ada pula yang berusia 17 tahun. Namun penampilan mereka tidak kalah seram dengan para seniornya, aksi mereka berempat beberapa hari yang lalu adalah memperkosa seorang gadis cantik berusia 15 tahun, siswi SMU yang baru pulang sekolah. Gadis cantik yang juga berprofesi sebagai foto model pada sebuah majalah remaja itu mereka culik dan mereka gilir ramai-ramai di sebuah rumah kosong sampai pingsan. Tidak lupa setelah mereka puas, mereka pun menjarah dompet, HP, jam tangan serta kalung milik sang gadis malang tadi.

Rata-rata dari mereka yang dari tadi hanya menjadi penonton sudah tidak dapat menahan nafsu, dan mulailah mereka menyetubuhi Handayani satu persatu. Dibuatnya tubuh Polwan itu menjadi mainan mereka. Orang keenam yang menyetubuhi Handayani berejakulasi di rahim Handayani. Namun pada saat orang ke tujuh yang memilih untuk menyodomi Handayani, tiba-tiba Handayani yang telah kepayahan tadi pingsan.

Setelah orang ketujuh tadi berejakulasi di lubang dubur Handayani, kini orang ke delapan dan ke sembilan berpesta di tubuh Handayani yang telah pingsan itu, mereka masing-masing menyemprotkan sperma mereka di rahim dan wajah Handayani serta ada juga yang berejakulasi di mulut Handayani.

Setelah keempat orang tadi puas, rupanya penderitan Handayani belumlah usai. Frans dan Martinus kembali bangkit dan mereka satu persatu kembali meyetubuhi tubuh Handayani dan sperma mereka berdua kembali tumpah di rahimnya. Kini semuanya telah menikmati tubuh Bripda Handayani sang Polwan yang cantik itu.

Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, para anggota muda itu diperintah Frans untuk melepas tali yang dari tadi mengikat tangan Handayani. Kemudian mereka disuruh mengenakan dan merapikan seluruh seragam Polwan ke tubuh Handayani, hingga akhirnya Handayani komplit kembali mengenakan seragam Polwannya walau dalam keadaan pingsan.

Setelah itu Frans, Martinus dan Yonas menggotong tubuh Handayani ke mobil Kijang. Mereka bertiga membawa tubuh Handayani kembali ke tempatnya diambil tadi malam. Namun selama dalam perjalanan, tiba-tiba nafsu Yonas kembali bangkit, dia pun mengambil kesempatan terakhir ini untuk kembali memperkosa tubuh Handayani sebanyak dua kali. Dia akhirnya berejakulasi di mulut dan di rahim Handayani beberapa meter sebelum sampai pada tujuan. Frans dan Martinus yang duduk di depan hanya dapat memaklumi, karena nafsu sex Yonas memang besar sekali.

Setelah baju seragam Polwan Handayani dirapikan kembali, tubuh lunglai Bripda Handayani dicampakkan begitu saja di pinggir jalan yang sepi di tempat dimana Handayani tadi diciduk. Tanpa diketahui oleh Frans dan Martinus, Yonas diam-diam rupanya menyimpan celana dalam berwarna putih milik Handayani, dan menjadikannya sebagai kenang-kenangan.

Setelah itu mereka pun meluncur ke rumah kosong tadi untuk menjemput kawanan geng mereka yang masih berada di sana. Kemudian mereka bersembilan langsung meluncur menuju ke pelabuhan guna menumpang sebuah kapal barang untuk melakukan perjalanan jauh. Mereka pun berharap pada saat sepasukan polisi mulai melacak keberadaan mereka, mereka sudah tenang dalam pelayaran menuju ke suatu pulau di wilayah timur Indonesia

Kak Linda

     Perkenalkan namaku Rendi, umurku saat ini 19 tahun. Kuliah dikota S yang terkenal dengan sopan santunnya. Aku anak kedua setelah kakakku Ana. Ibuku bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ayahku juga bekerja di kantor.Tinggi badanku biasa saja layaknya anak seusiaku yakni 169 kg. Di situs ini aku akan menceritakan kisah unikku. Pengalaman pertama dengan apa yang namanya sex. Kisah ini masih aku ingat selamanya karena pengalaman pertama memang tak terlupakan. Saat itu usiaku masih 10 tahun pada waktu itu aku masih kelas 4 SD. Kisah ini benar benar aku alami tanpa aku rubah sedikit pun.

Aku punya teman sebayaku namanya Putri, dia juga duduk di bangku SD. Aku dan dia sering main bersama. Dia anak yang sangat manis dan manja. Dia mempunyai dua kakak. Kakak pertama namanya Rio di sudah bekerja di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda. Saat itu dia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku. Dia lebih cantik dari pada adiknya Putri. Tingginya kira kira 160 cm dan ukuran payudaranya cukup seusianya tidak besar banget tapi kenceng.

Waktu itu hari sangat panas, aku dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan rumahnya bersebelahan. Saat itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri ditinggal bersama kakaknya Linda.

"Main dokter dokter yuk, aku bosen nich mainan ini terus"ajak Putri

Segera aku siapkan mainannya. Aku jadi dokter dan dia jadi pasiennya. Waktu aku periksa dia buka baju. Kami pun melakukan seperti itu biasa karena belum ada naluri seperti orang dewasa, kami menganggap itu mainan dan hal itu biasa karena masih kecil. Waktu aku pegang stetoskop dan menyentuhkannya didadanya. Aku tidak tahu perasaanya. Tapi aku menganggapnya mainan. Waktu itu pintu tiba tiba terbuka. Linda pulang dari kampusnya. Dengan masih telanjang dada Putri menghampiri kakaknya di depan pintu masuk.

"Hai kak baru pulang dari kampus"
"Ngapain kamu buka baju segala" Kak Linda memandangi adiknya.
"Kita lagi main dokter dokteran, aku pasiennya sedangkan Rendi jadi dokternya, tapi sepi kak masa pasiennya cuma satu. Kakak lelah nggak. Ikutan main ya kak?"
"Oh mainan toh... Ya sudah aku nyusul, aku mau ganti pakaian dulu gerah banget nih"

Kami bertiga pun segera masuk ke kamar lagi, aku dan Putri asyik main dan Kak Linda merebahkan tubuhnya ditempat tidur disamping kami. Aku melihat Kak Linda sangat cantik ketika berbaring. Setelah beberapa menit kemudian dia memperhatikan kami bermain dan dia terbengong memikirkan sesuatu.

"Ayo Kak cepetan, malah bengong" ajak Putri pada kakaknya.

Lalu dia berdiri membuka lemari. Dia kepanasan karena udaranya. Biasanya dia menyuruh kami tunggu di luar ketika dia ganti baju

"Ayo tutup mata kalian, aku mau ganti nih soalnya panas banget" Kak Linda menyuruh kami.

Dia melepaskan pakaian satu persatu dari mulai celana panjangnya, dia memakai cd warna putih berenda dengan model g-string. Saat itu dia masih dihadapan kami. Tertampang paha putih bersih tanpa cacat. Setelah itu dia melepas kemejanya dicopotnya kancing stu perstu. Setelah terbuka seluruh kancingnya, aku dapat melihat bra yang dipakainya. Lalu dia membelakangi kami, dia juga melepas branya setelah kemejanya ditanggalkan. Aku pun terbengong melihatnya karena belum pernah aku melihat wanita dewasa telanjang apa lagi ketika aku melihat pantatnya yang uuuhhh. Dia memilih baju agak lama, otomatis aku melihat punggungnya yang mulus dan akhirnya dia memakai baby doll dengan potongan leher rendah sekali tanpa bra dan bahannya super tipis kelihatan putingnya yang berwarna coklat muda. Kulitnya sangat putih dan mulus lebih putih dari Putri. Putri melihatku.

"Rendi koq bengong belum lihat kakakku buka baju ya? Lagian kakak buka baju nggak nyuruh kita pergi."
Kak Linda ngomel,"Idih kalian masih kecil belum tahu apa apa lagian juga aku nggak ngelihatin kalian langsung. Mau lihat ya Ren?"dia bercanda.
Akupun menundukan mukaku karena malu."Tapikan kak, susunya kakak sudah gede segitu apa nggak malu ama Rendi."
Putri menjawab ketus."Kamu aja telanjang kayak itu apa kamu juga nggak malu sudah ayo main lagi." Linda menjawab adiknya. Kami pun bermain kembali.

Giliran Kak Linda aku periksa. Dia menyuruh aku memeriksanya, dia agak melongarkan bajunya. Ketika stetoskop aku masukkan di dalam bajunya lewat lubang lehernya, tepat kena putingnya. Dia memekik. Aku pun kaget tapi aku pun tidak melihatnya karena malu. Dia menyuruhku untuk untuk lama lama didaerah itu. Dia merem melek kayak nahan sesuatu, dipegangnya tanganku lalu ditekan tekan daerah putingnya. Aku merasa sesuatu mengeras.

"Kak ngapain... Emang enak banget diperiksa... Kayak orang sakit beneran banget." Putri Tanya ama kakaknya.
Kak Linda pun berhenti."Yuk kita mandi soalnya sudah sore lagikan kamu Putri ada les lho nanti kamu ketinggalan." Ajak Kak Linda pada kami berdua. Dia menyuruh bawa handuk ama baju ganti.

Setelah mengisi air, aku pun membuka bajuku tanpa ada beban yang ada dan telanjang bulat begitu juga ama Putri. Kamipun bermain air di bathup. Kamar mandi disini amat mewah ada shower bathup dan lain lain lah, maklum dia anak terkaya dikampungku. Setelah itu pintu digedor ama kakaknya dia suruh buka pintu kamar mandinya. Aku pun membukanya. Kak Linda melihatku penuh kagum sambil menatap bagian bawahku yang sudah tanpa pelindung sedikitpun, aku baru tahu itu namanya lagi horny. Lalu dia masuk segera di membuka piyama mandinya. Jreng... Hatiku langsung berdetak kencang, dia menggunakan bra tranparan ama cd yang tadi dia pake dihadapan kami.

"Bolehkan mandi bersama kalian lagian kalian kan masih anak kecil."
"Ihh... Kakak... Punya kakak itu menonjol" ledek adiknya.

Dia hanya tersenyum menggoda kami terutama aku."biarin"sambil dia pegang sendiri putting dia menjawab lalu dia membasahi badannya ama air di shower. Makin jelas apa yang nama payudara cewek lagi berkembang. Beitu kena air dari shower bra Kak Linda agak melorot kebawah. Lucu banget bentuknya pikirku. Payudaranya hendak seakan melompat keluar.

"Ayo cepat turun dulu, aku kasih busa di bathupnya...".

Putri bergegas keluar tapi aku tidak, aku takut kalau ketahuan anuku mengeras, aku malu banget. Baru kali ini aku mengeras gede banget. Lalu Kak Linda mendekat dan melihatku serta menyuruhku untuk turun. Aku turun dengan tertunduk muka Kak Linda melihat bagian bawahku yang sudah mengeras sama pada waktu aku bermain tapi bedanya sekarang langsung dihadapan mata. Dia hanya tersenyum padaku. Aku kira dia marah. Dia kayak sengaja menyenggol senjataku dengan paha mulusnya.

"Ooohh... Apa itu..." (pura pura dia tidak tahu) Putripun tertawa melihatnya.
"Itu yang dinamakan senjatanya laki laki yang lagi mengeras tapi culun ya kalau belum disunat" Kak Linda memberitahukan pada adiknya.

Setelah busanya melimpah di air kami pun nyebur bareng.

"Adik adik, Kakak boleh nggak membuka bra kakak" pinta Kak Linda pada kami.
"Buka aja to Kak lagian kalau mandi pakai pakaian kayak orang desa." adiknya menjawab.

Tapi aku nggak bisa jawab. Dengan pelan pelan kancing dibelakang punggung dibukanya lalu lepas sudah pengaman dan pelindung susunya. Dengan telapak tangannya dia menutupi payudaranya.

"Sudah buka aja sekalian cd nya nanti kotor kena bau cd kakak," ujar Putri kepada kakaknya.

Segera dia berdiri diatas bathup melorotkan cdnya dengan hati hati(kayaknya dia sangat menunggu ekspresiku ketika melihat wanita telanjang bulat dihadapannya). Ketika dia berdiri membetulkan shower diatas kami, aku melihat seluruh tubuhnya yang sudah telanjang bulat.

"Kak anu... anu... Susu kakak besarnya, ama bawahan kakak ada rambutnya dikit," aku memujinya.

dia hanya tersenyum dan memberitahu kalau aslinya bawahan nya lebat hanya saja rajin dicukur. Dia agak berlama lama berdiri kayaknya makin deket aja bagian sensitivenya dengan wajahku, ada sesuatu harum yang berbeda dari daerah sekitar itu. Kak Linda terus berdiri sambil melirikku.

Sambil membilasi payudaranya dengan air hangat serta digoyang dikit dikit bokong bahenolnya. Dia menghadap kami sambil mnyiram bagian sensitifnya. Aku pun tak berani langsung menatapnya. Sambil memainkan payudaranya sendiri dia punya saran plus ide gila.

"Mainan yuk. Aku jadi ibunya, kamu jadi anaknya."

Lalu Kak Linda menyuruh mainan ibu ibuan, dia menyuruh kami jadi bayi. Lalu dia menyodorkan susunya pada kami.

"Anakku kasihan, sini ibu beri kamu minum" dia berkata pada kami.

Putri pun langsung mengenyot puting susu kakaknya, tapi aku pun tak bergerak sama sekali, lalu dia langsung menyambar kepalaku ditarik ke arah payudaranya.

"Ayo sedot yang kuat... Ahhh... Cepet... Gigit pelan pelan... Acchhh," kata itu keluar.

Tapi koq nggak keluar airnya. Punya Mama keluar air susunya. Tiba tiba Putri berhenti.

"Uhh.. Ini kan namanya mainan jadi nggak beneran. Kamu udahan aja sudah jamnya kamu les" Putri pun bergegas turun dan berganti pakaian sejak saat itu aku tak memdengar langkah dia lagi.

Aku pun masih disuruh mainan dengan putingnya tangan kiriku dikomando supaya meremas susu kirinya. Tiba tiba ada sesuatu yang bikin aku bergetar, ada sesuatu yang berambat dan memegangi anuku. Dengan kanan kanan memegangi tangan kiriku untuk meremas payudaranya ternyata tangan kanannya memainkan penisku.

Segera dia memerintahkan untuk turun dari situ. Kami pun turun dari situ. Lalu. Dia duduk di pingiran sambil membuka selakangannya. Aku baru melihat rahasia cewe.

"Rendi ini yang dinamakan vagina, punya cewek. Tadi waktu kakak berdiri aku tahu kalau kamu memperhatikan bagian kakak yang ini. Ayo aku ajarin gimana mainan ama vagina" akupun hanya mengangguk.

Dia menyuruh menjilatinya setelah dia mengeringkannya dengan handuk. Aku pun menjulurkan lidahku kesana tapi bagian luarnya. Dia hanya tersenyum melihatku. Dengan jari tangan nya dia membuka bagian kewanitaan itu. Aku benar benar takjub melihat pemandangan kayak itu. Warnanya merah muda seperti sebuah bibir mungil. Setelah dia buka kemaluannya, lalu dia suruh aku supaya menjilatinya. Ada cairan sedikit yang keluar dari bagian itu rasanya asin tapi enak. Disuruh aku menyodok dengan kedua jariku, terasa sangat becek. Dia menyuruhku berhenti sejenak. Ketika dia menggosok gosok sendiri dengan tangannya dengan cepat lalu dia menyambar kepalaku dengan tangannya ditempelkan mukaku dihadapannya.

Seeerrr... Serr.. bunyi air yang keluar dari vaginanya banyak sekali. Sambil berteriak plus mendesis lagi merem melek. Setelah itu dia jongkok, aku kaget ketika dia langsung menjilati kepala penisku. Di buka bagian kulup hingga kelihatan kepalanya.

"Kakak enggak jijik ya kan buat kencing" aku bertanya pada dia tapi dia terus mengulumnya maju mundur.

Sakit dan geli itu yang kurasakan tapi lama lama enak aku langsung rasanya seperti kencing tapi tidak jadi. Dia menggunakan sabun cair katanya biar agak licin jadi nggak sakit. Saking enaknya aku bagai melayang badanku bergetar semua. Setelah dibilas dia mengkulum penisku, semua masuk didalam mulutnya.

"Kak aku mau kencing dulu" aku menyela.

Setelah itu dia berbaring dilantai dia menyuruh bermain dengan kacang didalam vaginanya. Pertama aku tidak tahu, dia memberi tahu setelah dia sendiri membukanya. Aku sentuh bagian itu dengan kasar dia langsung menjerit dia mengajari bagaimana seharusnya melakukannya. Diputar putar jariku disana tiba tiba kacanga itu menjadi sangat keras.

Sekitar 5 menit aku bermain dengan jariku kadang dengan lidahku. Keluar lagi air dari vaginanya. Aku disuruh terus menyedotnya. Dia kayaknya sangat lemas lunglai. Setelah beberapa saat dia memegang penisku dan menuntunnya di vagina.

"Coba masukan anumu ke dalam sana pasti aku jamin enak banget rasanya" dia menyuruhku.

Dengan hati-hati aku masukkan setelah masuk aku diam saja. Dia menyuruh aku untuk menekan keras. Dan blesss masuk semuanya dia memberi saran kayak orang memompa. Masuk-keluar.

"Acchc terus... yang cepet... ah... ah... ah..." dia mendesis, dia menggoyangkan pantatnya yang besar kesana kemari.

Tapi sekitar 3 menit rasanya penisku kayak diremas oleh kedua daging itu lalu aku ingin sekali pipis. Saat itu penisku kayak ada yang air mengalir. Dan serrr... seeerrrs air kencingku membanjiri bagian dalamnya. Setelah kelelahan kami pun keluar dia langsung pergi ke kamar masih keadaan bugil. Kemudian dia berbaring karena lelah, aku mendekatinya dan dia memelukku seperti adiknya, payudaranya nempel di mukaku. Setelah aku melihat wajahnya dia menangis. Lalu dia menyuruh aku pulang. Aku mengenakan pakaian dan pulang. Dia menyuruh merahasiakan kalau aku berbicara ama orang lain aku nggak boleh bermain ama adiknya.

Kami pun terus melakukannya sekitar 1 tahun tanpa ada siapa yang tahu. Sekitar aku kelas 1 SMP dia kawin ama temannya karena dia hamil. Ketika 2 minggu lalu (saat ini) aku bertemu dia bertanya masih suka main seperti dulu. Akupun hanya tertawa ketika aku tahu itu yang namanya sex dan aku ngucapin terima kasih buat kakak, itu adalah pengalamanku yang pertama.

Pemerkosa lembut hati

Namaku Mei Ling, aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi terkemuka yang berada di daerah Jakarta Pusat yang pada masa-masa awal demokrasi terkenal sebagai pusat demonstrasi dan berbagai tragedi politik. Namun sebaiknya lupakan saja masalah itu, selain karena aku tidak pernah ikut kegiatan tersebut, aku juga lebih tertarik dengan urusan kuliah dan cowo ketimbang masalah politik.

Secara fisik aku adalah gadis yang menarik dengan tinggi tubuh sekitar 175 cm, langsing dan seksi (karena rajin ikut senam dan fitness), berwajah lonjong dan berparas melankolis, berambut hitam legam panjang lurus sebahu (ciri khas wanita chinese) serta berkulit putih mulus tanpa cacat sedikit pun dengan puting payudara berwarna merah jambu dan bulu kemaluan tipis agak jarang. Kejadian ini bermula ketika aku baru saja usai pulang dari ruang baca skripsi (tempat kumpulan skripsi alumni) perpustakaan setelah selesai menyusun beberapa bab skripsi yang harus kuperbaiki tatkala siang tadi usai menghadap dosen pembimbing skripsiku. Saat itu keadaan sudah gelap (pukul 19.00) dan kantin pun sudah tutup, praktis tidak ada lagi mahasiswa yang nongkrong di kantin dan kalaupun ada hanya sebagian kecil saja sehingga aku pun memutuskan untuk langsung menuju ke lapangan parkir khusus mahasiswa yang berada disamping kampus.

Tempat parkir sudah agak sepi, hanya tersisa beberapa mobil saja milik mahasiswa S2 ataupun S1 yang kebetulan masih ada jadwal kuliah malam. Kebetulan mobilku tadi siang mendapat tempat parkir agak jauh ke sudut lapangan parkir. Lapangan parkir itu sendiri sebenarnya adalah tanah kosong yang ditimbun oleh batu dan pasir serta dikelilingi oleh pagar seng yang tertutup rapat sehingga tidak dapat dilihat oleh orang dari luar. Mobilku adalah Suzuki Escudo berwarna gelap keluaran terakhir yang kebetulan sempat dibeli oleh Papaku sebelum krismon berawal. Di jajaran mobil yang parkir terlihat hanya ada tinggal 3 mobil lagi yakni satu Toyota kijang berwarna biru gelap dan satu Panther long chassis berwarna hijau gelap serta sebuah Feroza berwarna hitam dimana posisi ketiganya adalah tepat mengelilingi mobilku. Feroza ada tepat dipojok lapangan parkir yang berarti berada tepat di sebelah kiri mobilku, sedangkan Kijang ada di sebelah kanan dan Panther tersebut ada di depan mobilku dengan posisi parkir paralel sehingga menghalangi mobilku keluar. Aku terus terang agak kesal karena selain sudah lelah dan banyak masalah sehubungan dengan skripsiku, eh..., ternyata malam-malam begini masih harus mendorong mobil lagi.

Aku berjalan sedikit setelah sebelumnya meletakkan tas dan buku serta diktat beserta bahan skripsi di mobil, aku melihat-lihat kalau-kalau masih ada tukang parkir atau satpam di gerbang masuk parkiran yang tidak seberapa jauh. Sebab gerbang keluar parkiran sangat jauh letaknya dari posisi mobilku. Ternyata gerbang masuk telah tertutup dan dirantai sehingga untuk mencari orang aku harus menuju ke gerbang keluar. Karena agak malas jalan aku pun terpaksa kembali ke mobil dan berinisiatif mendorong Panther tersebut sendirian. Dengan agak bingung aku letakkan telapak tangan kiriku di belakang mobil tersebut sementara tangan kanan di sisi kanan mobil. Ternyata Panther tersebut tidak bergerak sama sekali. Aku curiga jangan-jangan pemiliknya telah memasang rem tangan sebelumnya. Karena itu aku berniat mengempiskan ban mobil sialan itu. Saat sedang asyik berjongkok dan mencari posisi pentil ban belakang sebelah kanan Panther tersebut, mendadak aku merasakan kehadiran orang di dekatku, tatkala aku menoleh ternyata orang tersebut adalah Lexy teman sekampusku yang sebelumnya sudah lulus namun pernah satu kelas denganku di MKDU.

Lexy adalah seorang pria kelahiran Sumatera berbadan hitam tinggi besar (185 cm / 90 kg), dengan perut buncit, berwajah jelek (mukanya terus terang hancur banget penuh parut karena bekas jerawat) dengan gigi agak tonggos dan kepala peyang serta bermata jereng keluar. Tak heran kalau banyak gadis-gadis sering menjadikannya bahan olok-olokan dalam canda mereka karena keburukan wajahnya namun tanpa sepengetahuannya, sebab selain wajah Lexy sangat sangar, dia juga dikenal berkawan dengan banyak pentolan kampus dan juga kabarnya memiliki ilmu hitam. Namun dia juga dikenal sangat pede, dan itulah yang menjadikannya olok-olokan bagi para gadis karena dia tidak pernah malu-malu menatap wanita cantik yang disukainya dengan berlama-lama.

Terus terang jantungku agak berdegup karena perasaanku merasa tidak enak, terutama karena aku mengetahui bahwa Lexy selama ini sering menatapku berlama-lama dan caranya menatapku terasa sangat menelanjangi, seolah-olah ingin memperkosaku. Namun aku berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan akibat buruk karena menurut teman-teman, jika kita terlihat tenang maka lawan kita cenderung ragu untuk berniat jahat. Namun ternyata Lexy tidak berbuat apa-apa dan hanya berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Ling?", "Ehh..., nggg..., anu..., ini mobil sialan diparkir begini, mana susah lagi dorongnya", sahutku agak canggung. "Mari saya bantu, kamu pegang samping kanan ini yach", ujar Lexy memberi aba-aba agar aku berada dibelakang samping kanan Panther sialan itu. Tatkala aku sedang dalam posisi siap mendorong dari arah kiri, kutengokkan kepala ke arah kiri, ternyata Lexy tidak berada pada posisi belakang mobil itu melainkan berada tepat di belakangku dan tangannya dengan cepat telah berada di atas tanganku dan jemarinya telah meremas jemariku dengan lembut, mesra namun kuat. "Ehhhh ... apa-apaan nih Lex?", ujarku panik. Namun Lexy dengan tenang dan lembut malah menghembuskan nafasnya di balik telingaku dan membisikkan sesuatu yang tidak jelas (mungkin sejenis mantera) lalu menambahkan "Aku mencintaimu Mei Ling", ujarnya lembut. Mendadak aku merasa lemas, namun aku masih sempat berucap "Lepaskan aku Lex, kamu ini udah gila kali?", ujarku lemah. Tapi aku semakin tak berdaya melawan hembusan lembut di belakang telingaku dan kecupan mesranya di belakang leherku tepatnya di bulu-bulu halus tengkukku. Nampaknya Lexy menggunakan sejenis pelet tingkat tinggi yang mampu membuatku tak berdaya dan hanya bisa pasrah menikmati tiap cumbuannya.

Makin lama cumbuan Lexy semakin hebat dan herannya aku yang biasanya sangat jijik kepadanya seperti terbangkitkan gairah birahiku, apalagi Lexy tidak hanya mencium pundak, tengkuk dan telingaku saja, namun tangannya juga telah mulai bermain mengusap-usap daerah terlarang milikku. Yah, tangan kiri Lexy telah mengeluarkan kemejaku dari balik celana jeans yang kukenakan dan masuk ke balik celanaku hingga menembus celana dalamku dan mengusap-usap dengan lembut bukit kemaluanku. Aku hanya bisa mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yang demikian kuat. Mendadak Lexy menarik dan membimbingku ke arah mobilku dan tangannya menarik pintu belakang sebelah kanan mobilku yang memang tidak sempat kukunci. Lantas ia merebahkanku di jok tengah Escudo milikku dan merebahkan sandarannya. Kemudian ia mendorong tubuhku ke dalam dan menekuk kakiku hingga posisi kakiku terlipat ke atas sehingga dengan mudahnya kemaluanku terkuak dan pahaku miring ke samping. Lantas dengan segera Lexy menutup pintu dan mengambil kunci mobilku serta menguncinya dari dalam melalui central lock di pintu depan.

Aku semakin tidak berdaya dengan usapannya di kemaluanku apalagi dia telah membuka kancing, gesper dan ritsluiting celana jeansku dan tangannya telah menarik turun celana dalamku. Kemudian Lexy menarik dengan cepat celana jeansku lalu kemudian menarik lagi celana dalamku hingga terlepas semuanya. Aku selama itu hanya bisa pasrah lemas tidak tahu mengapa, mungkin akibat mantera miliknya yang begitu dahsyat. Mungkin juga karena diriku telah dilanda birahi yang sangat hebat karena terus terang, aku memang begitu mudah terangsang sehingga itu pula yang menyebabkan aku telah kehilangan keperawanan di tangan mantan kekasihku di awal masuk kuliah dulu. Namun di luar itu semua yang kurasakan adalah kenikmatan yang teramat sangat karena selanjutnya bukan lagi jemari Lexy yang bermain pada permukaan kemaluan dan klitoris serta pada daerah G-Spot milikku, namun kini justru giliran lidahnya bermain-main di sana dengan kemahiran yang sangat luar biasa jauh daripada yang mampu dilakukan oleh mantan kekasihku. Sehingga tanpa kusadari, aku justru mencengkeram kepala Lexy dan menekannya ke arah kemaluanku agar rangsangan yang kuterima semakin kuat.

Namun rupanya Lexy bukan sembarang pria jantan biasa, tampaknya ia begitu mahir atau justru tengah dikuasai oleh hawa nafsu iblis percabulan (kudengar orang-orang pemilik ilmu hitam, hawa nafsunya adalah murni hawa nafsu iblis) sehingga ia bukan saja memainkan lidahnya ke sekitar klitoris dan daerah G-Spot milikku, namun juga mulutnya mampu menghisap dan lidahnya memilin-milin klitorisku sehingga tanpa kusadari aku semakin diamuk birahi dan memajukan kemaluanku sampai menempel ketat di wajahnya. Dan sungguh mengejutkan, tiba-tiba desakan kenikmatan melanda seluruh diriku, membuat badanku terlonjak-lonjak akibat perasaan nikmat yang dahsyat yang melingkupi diriku, perasaanku seakan melayang-layang dan denyutan-denyutan nikmat terasa pada bagian dalam kemaluanku. Aku mengalami orgasme untuk pertama kalinya hanya dengan oral sex dari seorang pria, padahal mantan kekasihku hanya mampu membuatku orgasme setelah mengkombinasikan oral sex dengan persetubuhan dan itu memakan waktu yang cukup lama. Tubuhku terus mengejan dengan kuat dan kurasakan vaginaku sangat basah dan aku serasa melayang diawang-awang dengan pahaku yang membekap erat wajah dan kepala Lexy.

Beberapa saat kemudian kurasakan tangan Lexy membelai lembut pahaku dan membukanya dengan lembut namun kuat (sebenarnya sejak aku mengalami orgasme akibat dioral oleh Lexy, aku sudah menganggap lembut segala perlakuannya mungkin karena sudah pasrah dan dibuat puas kali). Dan aku hanya bisa menatapnya dengan sayu yg sungguh kali ini bukan tatapan sayu bohong-bohongan seperti yg dilakukan teman-temanku kalau lagi berusaha memikat cowo idamannya namun aku menatap demikian akibat pengaruh orgasme dan rasa lemas namun nikmat yang masih terasa melanda sekujur tubuhku. Saat itu kuperhatikan bahwa Lexy pun mulai membuka kemeja lengan pendeknya dan tanpa kusadari akupun ikut melucuti kaos singlet miliknya serta membantunya membukakan ritsluiting celananya yang dengan sigap diikuti oleh gerakan cepat dari tangan Lexy yang langsung menurunkan celana luar beserta celana dalamnya.

Aku terus terang sungguh sangat terkejut melihat "senjata kejantanan" milik Lexy yang sangat besar dan panjang berwarna coklat agak gelap dengan diameter yang terus terang akupun agak ngeri untuk memegangnya. Terus terang aku sempat berfikir kemaluanku bakal terasa sakit seandainya dia benar-benar menyetubuhiku, namun ternyata itu semua hanyalah khayalanku belaka, karena Lexy tidak langsung menghunjamkan "rudal"-nya itu ke dalam kemaluanku namun layaknya seorang gentleman ia mengusap-usap dulu kemaluanku yang sudah basah itu dengan ujung kemaluannya hingga aku kegelian dan terangsang kembali dan dengan dibantu oleh jari-jari Lexy yang juga bermain didaerah G-Spot-ku serta diclitorisku akupun dibuat semakin becek dan siap untuk dimasuki. Dan ketika aku mulai semakin mendeash-desah, Lexy pun dengan sigap memasukan batangannya ke dalam lubang kemaluanku namun tidak semuanya hanya sebagian ujungnya saja (bagian apa ya namanya, palkon kali ya?) Setelah itu karena dilihatnya aku agak sedikit meringis (terus terang saat itu agak terasa sedikit sakit selain karena aku sudah lama tidak bersenggama sejak putus dari mantanku, juga karena ukuran Lexy yang agak besar) Lexy diam sejenak, setelah dilihatnya ekspresi wajahku sudah normal kembali, ia pun mulai bergoyang memaju-mundurkan senjatanya namun dengan sedikit demi sedikit, jadi tidak langsung amblas main tancap seperti yang dilakukan oleh mantan kekasihku.

Aku pun mulai merasakan sedikit nyaman dengan ukuran "senjata" Lexy dan perlahan-lahan kembali terangsang dan dapat menikmatinya. Namun harus kuakui Lexy ternyata benar-benar seorang pria yang sangat gentle dan juga jantan, ia tidak saja begitu lembut "memerkosa" diriku namun juga sangat memperhatikan kenyamanan dan kepuasanku, bagaimana tidak, jika dibandingkan dengan mantan pacarku yang pernah tidur denganku, Lexy seperti-nya sungguh mengerti keinginanku. Ia tidak saja perlahan-lahan dan dengan penuh kelembutan "memerkosa" diriku namun juga aktif membantu merangsang diriku hingga aku benar-benar sangat terangsang sehingga walaupun ukuran kejantanannya menurutku sangat menyeramkan, namun aku tidak merasa sakit dan dapat menikmatinya.

Seiring semakin terangsangnya diriku, Lexy pun perlahan-lahan mulai semakin dalam menancapkan kemaluannya. Akupun semakin lama semakin horny dan semakin tidak kuat lagi menahan desakan kenikmatan yang makin memuncak dan semakin tidak tertahankan itu. Hingga akhirnya merasa menyentuh awang-awang dan merasakan kenikmatan yang sungguh tidak pernah kualami sebelumnya dengan para kekasihku, tanpa sadar aku melenguh keras "Ooooahh..., Lexyyyyy..", dan akupun meremas kuat belakang kepalanya dan menjepit erat pinggangnya dengan kedua paha dan kaki sekuat-kuatnya dan juga mengangkat pinggulku hingga kemaluanku berhimpit kuat dengan kemaluannya dan yang masih kuingat adalah saat itu diriku terasa basah dan nikmat sekali. Basah baik pada lubang kemaluanku maupun sekujur tubuhku yang penuh oleh peluh keringatku maupun keringat dan cairan liur Lexy (ia sangat aktif menjilati sekujur tubuhku baik leher hingga ke payudaraku). Dan selanjutnya akupun terbaring lemas tak berdaya, namun Lexy tidak meneruskan perbuatannya walaupun ia belum mencapai orgasme, tapi justru beristirahat sambil menunggu diriku siap kembali sungguh ia laki-laki yang tahu diri tidak egois seperti pria-pria lainnya walaupun sebagai orang yang sedang memperkosaku ia sebenarnya punya "hak" berbuat sesukanya tapi ternyata bisa dibilang ia adalah "pemerkosa yang baik hati" yang pernah singgah dalam hidupku.

Setelah beristirahat sejenak dan melihat kondisiku yang sudah agak pulih, Lexy mulai meneruskan aksinya yang tertunda tadi. Pada babak berikut ini, gaya permainannya diubah, sekarang ia melakukan serangan dengan tehnik "Total Foot Ball. Gaya serangannya menggebu-gebu dan tekanan-tekanan penisnya benar-benar mengarah pada sasaran-sasaran strategis pada liang kemaluanku. Setiap kali Lexy menancapkan penisnya yang besar itu kedalam lubang kemaluanku, maka tekanan penisnya menarik seluruh bibir kemaluanku melesak kedalam, sehingga klitorisku pun ikut tertekan masuk dan tergesek-gesek dengan batang penisnya yang dilingkari oleh urat-urat menonjol. Hal ini membuatku menggelinjang-gelinjang nikmat, "Aaagghhh..., aaddduuhh..., Leexxx..., peeelllannn-peellannn..., doongg...!", akan tetapi kali ini Lexy tidak mengurangi serangan-serangannya, tempo permainannya malah ditingkatkan, semakin aku menggeliat-geliat, semakin menggebu-gebu Lexy memompakan kemaluannya ke dalam liang vaginaku.

Kali ini aku benar-benar dipermainkan habis-habisan oleh Lexy. Perasaan nikmat dan rasa geli telah merambat dari daerah bagian bawah badan keseluruh tubuhku, sehingga perasaanku serasa melayang-layang bagaikan layang-layang yang putus talinya, terbang melayang dipermainkan angin. Perasaan nikmat dan geli akhirnya tidak tertahan lagi dan, "...Leeeeexxxxx..., aakkkuuu..., aakkkaaann meeelleedaakkkk..., aaauuuggghhh..., ooohhhh....!!", dengan suatu desahan panjang disertai kedua pahaku mengejang dengan keras menjepit melingkari pantat Lexy, aku mencapai orgasme yang hebat dan pada saat bersamaan Lexy juga mencapai klimaksnya dan dengan pelukan yang sangat erat pada badanku, Lexy mendorong pantatnya kuat-kuat, menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga kemaluannya amblas keseluruhan ke dalam liang vaginaku, sambil meyemprotkan cairan kental hangat ke dalamnya. Semprotan demi semprotan kuat dari cairan hangat kental tersebut terasa memenuhi seluruh rongga-rongga di dalam relung vaginaku, menimbulkan perasaan sensasi yang datang bertubi-tubi melanda diriku, benar-benar suatu kenikmatan sempurna yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Kami berdua berpelukan erat-erat selama beberapa detik, sambil menghayati denyutan-denyutan pada kemaluan kami masing-masing. Setelah melewati puncak kenikmatan tersebut, maka kami terkapar dalam keadaan lemas sambil tetap berpelukan dengan erat. Dengan perlahan-lahan suatu kesadaran mulai merambati pikiranku, seperti awan yang ditiup angin, aku mulai menyadari apa yang sedang terjadi pada diriku. Kesadaranku mulai pulih secara perlahan-lahan dan menyadari bahwa aku baru saja melakukan persetubuhan yang seru dengan Lexy, orang yang selama ini aku anggap sebagai preman di kampus yang tidak pantas diajak sebagai seorang teman. Sambil masih telentang di atas jok mobil aku mencoba menganalisis mulai dari kejadian yang pertama, dan segera menyadari bahwa aku telah dikerjai Lexy dengan ilmu hitamnya. Menyadari itu, aku mencoba memberontak dan mendorong Lexy dari atas tubuhku, akan tetapi Lexy justru semakin kuat mendekapku, Lexy terus membujuk dan mengelus-elus seluruh tubuhku, sehingga tak berselang lama kemudian aku terlena lagi dan babak kedua "pemerkosaan" itu terjadi lagi, bahkan lebih seru dan lebih mengasyikan daripada sebelumnya. Aku benar-benar tidak peduli lagi, apakah ini disebabkan oleh ilmu hitam Lexy atau apapun, akan tetapi yang jelas ini suatu persetubuhan yang sangat mengasyikkan. Karena itu kulayani permainan Lexy kali ini bahkan dengan tidak kalah serunya.